Produktif, Petani Muda Subang Sukses Ekspor Serat Daun Nanas ke Mancanegara

Petani Muda Subang Sukses Ekspor Serat Daun Nanas

SUBANG – Yang muda yang berkreasi. Istilah ini nampaknya tepat ditujukan kepada Alan Sahroni, pengusaha muda asal Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat, yang memproduksi olahan limbah daun nanas menjadi serat.

Bahkan, kualitas serat daun nanas yang diproduksinya, sukses menembus pasar mancanegara, diantaranya Singapura, Malaysia, dan Jepang. Total serat daun nanas yang diekspor sebanyak satu setengah ton.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menuturkan bahwa sekarang ini dibutuhkan sekelompok anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas tinggi untuk memajukan sektor pertanian Indonesia.

“Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya sehingga pertanian kedepan menjadi pertanian modern yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya tetapi juga berorientasi ekspor. Saat ini kita telah memiliki banyak petani milenial sekaligus enterpreneur di bidang pertanian,” sebut Dedi.

Usaha produksi Alan semakin dikenal dan meningkat penjualannya setelah tergabung ke dalam klaster bisnis nanas, yang menjadi salah satu dari Program Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS) dibawah binaan PPIU Jawa Barat.

Program kerjasama antara International Fund For Agricultural Development (IFAD) dengan Kementerian Pertanian ini, mulai memberlakukan sistem klaster agribisnis untuk memajukan perekonomian dan mempermudah perputaran roda bisnis petani muda di wilayah binaan.

Klaster Nanas terdiri dari mulai usaha budidaya buah nanas. Olahan buah nanas, hingga olahan limbah daun nanas yang diubah menjadi serat.

Alan mengaku melihat potensi yang sangat besar mengingat selama ini, daun nanas hanya dibuang begitu saja sehingga menjadi limbah dari budidaya nanas.

“Belum banyak orang yang memanfaatkan daun nanas. Jadi kompetitor pun masih jarang”, ungkap penerima manfaat program YESS yang juga berstatus sebagai local champion Kabupaten Subang ini.

Alan menjelaskan bahwa proses pembuatan daun nanas menjadi serat sebetulnya tidak terlalu sulit.

“Setelah daun nanas kita ambil dari petani, kita lakukan penyortiran. Jadi daun yang datang dari petani ini kita pisah dulu. Mana yang panjang, mana yang pendek, dan mana yang reject”, terangnya.

Selesai disortir, daun nanas dibawa menuju tempat ekstraksi. Proses ekstraksi daun nanas menjadi serat dilakukan menggunakan mesin decorticator. “Kita rancang untuk memisahkan antara serat daun nanas dengan daging daun nanas. Daging daun nanas masih tetap bisa dimanfaatkan untuk pupuk daun organik. Kita kembalikan lagi ke alam, supaya tanaman nanas bisa tumbuh dengan baik lagi.

Setelah melalui proses ekstraksi, serat masih berwarna hijau dan kotor. Sehingga tahapan selanjutnya adalah proses pencucian.

“Pengerokan masih menggunakan kape. Pencuciannya masih menggunakan air biasa. Setelah dikerok dan dicuci, hasilnya menjadi lebih putih. Selanjutnya kita jemur dan keringkan. Penjemuran masih menggunakan tenaga matahari. Sehingga lama tidaknya ditentukan oleh cuaca. Jika cuaca cerah, proses pengeringan selama 2-3 hari”, pungkas Alan.

Serat yang kering akan berubah warna menjadi putih. Setelah itu dilakukan proses penghalusan dengan cara disisir supaya serat kualitasnya meningkat lebih halus, lebih rapi, dan juga memisahkan sisa daun yang masih menempel. Pada tahap ini, Alan memberdayakan warga sekitar sehingga usaha Alan ini membuka lapangan pekerjaan yang lumayan besar.

Serat yang sudah disisir tadi dipintal menjadi benang serat daun nanas. Setelah jadi benang, ditenun menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) untuk menjadi kain daun nanas. Proses pemintalan Dimana serat-serat yang disisir diambil setiap helainya kemudian disambung menggunakan teknik sambung-tenun secara manual untuk menjadi benang serat daun nanas.

“ATBM ini kita modifikasi secara khusus. Kita rancang dengan mobilitas yang tinggi dan portable. Bisa dilipat dan ringan. Dilengkapi dengan 8 kamran, sehingga bisa membuat motif kain yang beraneka ragam”, terang Alan.

Alan menambahkan, program YESS di PPIU Jabar, asilitasi program YESS memfasilitasi daerah tempat tinggalnya membentuk P4S Al-Fiber. “P4S ini memberikan pelatihan kepada anggota, supaya apa yang kita kuasai dapat kita tularkan kepada teman-teman penerima manfaat YESS yang lain”, imbuhnya.

Pada awalnya Alan memulai usahanya secara pribadi. Karena permintaan pasar meningkat, maka Alan mengaku sangat terbantu dengan tergabung ke dalam klaster bisnis nanas sehingga terintegrasi bagaimana memanfaatkan potensi tanaman nanas dari hulu hingga ke hilir. (wsd

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *