Ritual Pemuja Setan atau Festival Budaya Pemicu Gempa dan Tsunami ??

Belum lagi dalam adat Balia, biasanya ada sesajen yang isinya beragam makanan tradisional, ayam putih, pemotongan kambing atau kerbau dan sebagainya.

Dan, ritual Balia itu sejatinya untuk memanggil ruh atau arwah nenek moyang yang ada di Uentira (Kota Jin) untuk memberikan petunjuk penyembuhan orang yang sakit atau objek dalam ritual tersebut.

Bacaan Lainnya

“Gambaran kasarnya begini. Balia itu untuk memanggil arwah nenek moyang yang ada di Uentira untuk menyembuhkan orang yang sakit,”

“Masalahnya, mereka (ruh atau arwah nenek moyang) tidak ingin atau tidak suka jika ritual dilakukan dalam keramaian. Mereka pasti akan murka,” tuturnya lagi.

Tokoh ada Palu lainnya, Badri Masyut Yutji mengatakan pertanda murkanya arwan nenek moyang Suku Kaili sebenarnya sudah diperlihatkan pada even Palu Nomoni dua edisi sebelumnya.

Pada Palu Nomoni edisi pertama atau tahun 2016, buaya-buaya putih bermunculan di muara sungai dan pesisir teluk Palu. Bahkan katanya ada warga yang jadi korban dimakan buaya.

Setahun kemudian atau pada 2017 lalu, pada saat diadakan Palu Nomoni, Kota Palu dilanda hujan lebat dan badai yang bagitu kencang. Itu kan sudah pertanda, mereka murka,” katanya.

Dan pada acara yang ketiga kalinya ini, bencana dahsyat nan komplit melanda. Gempa, tsunami dan likuifaksi.

“Sebagai umat muslim kami percaya bahwa bencana ini adalah teguran atau cobaan dari Allah SWT,”

“Tapi tak bisa dipungkiri bahwa di sini ada tradisi atau adat yang pelaksanaannya tidak boleh melampaui batas,” pungkasnya.
(Jumaidil Halide)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *