Ragnarok Masih Melaju Kencang di Pekan Kedua

’Disney dan Taika bekerja dengan sangat pintar. Mereka tak perlu menunggu 10 tahun untuk mengubah image franchise Thor,’’ kata Paul Dergarabedian, analis ComScore, kepada CNBC.

’’Bagi mereka, tidak haram untuk mengubur masa lalu yang tidak sukses dan menciptakan sesuatu yang benar-benar berbeda. Film ketiga ini sangat tidak diduga,’’ lanjutnya.

Bacaan Lainnya

Waititi adalah sutradara yang fun. Pembawaannya riang. Dia suka membuat film-film lucu bertema aneh seperti What We Do in the Shadows (2014) dan Hunt for the Wilderpeople (2016).

So, ketika diminta mengarahkan Thor: Ragnarok, dia sudah berencana membuat tone film itu jadi lucu. Gelap, ya. Tetapi harus lucu. Ala Guardians of the Galaxy yang dua-duanya sukses besar karena lucu.

Rencana tersebut ditunjang promo yang sukses. Dalam trailer yang beredar, unsur lucu menjadi senjata utama selain Hela. Dialog Thor dan Hulk (Mark Ruffalo) yang konyol, misalnya, menggoda fans sejak beberapa bulan sebelum film tayang.

’’Ketika formula di film kedua Thor: The Dark World gagal, Waititi makin pede mengubah film ini jadi komedi,’’ kata Jonathan Cohen, principal brand analyst di Amobee, kepada Fox.

Memang, ketika nonton Ragnarok, hal yang paling berkesan adalah lucunya. Ada lucu dialog, lucu situasi, serta lucu slapstick. Komplet. Bikin terpingkal-pingkal sejak awal hingga after-credit kedua.

Namun, fans yang berharap film tersebut menjadi pengantar untuk Avengers: Infinity War mungkin tidak puas. ’’Hanya sekitar 20 persen konten film ini yang berkaitan dengan Avengers,’’ tutur Cohen. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *