Film Bahasa Sunda Mendunia

Film Bahasa Sunda Mendunia

SUKABUMI – Kisruh akibat celotehan Anggota DPR RI Arteria Dahlan hingga membuat ketersinggungan suku Sunda, masih belum usai. Anggota Fraksi PDI Perjuangan yang mempersoalkan salah satu Kejaksaan Tinggi (Kejati) berbahasa Sunda dalam rapat hingga meminta mencopotnya, masih menjadi perbincangan publik.

Namun di tengah gelombang aksi ini, justru muncul kabar baik seputar perfileman Indonesia. Film berbahasa Sunda yang dibintangi artis asal Sukabumi, Happy Salma, mampu berbicara banyak di kancah dunia.

Bacaan Lainnya

Film ini terpilih untuk ditayangkan perdana secara global dan berhasil masuk ke program Festival Film International Belin. Dari surat yang dikirimkan oleh Carlo Chatrian, selaku Direktur Artistik Berlinale atau Berlin International Film Festival 2002, Film dengan judul Before, Now & Then (Nana) berhasil menjadi satu dari 18 Film yang akan mendapatkan Beruang Emas dan Beruang Perak di festival film tersebut.

Risris Rizal Ali Perkasa sebagai kakak dari bintang film asal Sukabumi Happy Salma mengaku bangga dengan film bahasa daerah yang diakui dunia. Potensi film khususnya yang mengangkat kedaerahan banyak menghasilkan karya luar biasa.

“Pasti bangga pisan. Pertama tau filmnya berbahasa Sunda full apalagi Sunda Buhun dimana titi tatanya harus bener dan selama 72 tahun festival tersebut baru ada film berbasa Sunda masuk nominasi serta penghargaan,” ungkap Risris kepada Radar Sukabumi, Minggu (23/1).

Risris mengungkapkan, kaka kandungnya ini bukan saja sebagai pemeran di dalam film tersebut. Namun sekaligus co producer dan co produced melalui Yayasan Titimangsa.

Dimana, yayasan tersebut merupakan milik Happy Salma sendiri. “Kalau mau tau nama Titimangsa juga dari Bahasa Sunda, itu nama dari pemberian almargum bapak kita,” ungkapnya.

Risris berharap, dengan adanya film ini dapat memberi kebanggan bagi masyarakat Sunda umumnya Jawa Barat. Dimana, Bahasa Sunda bisa dikenal di mancanegara dan orang Sunda kadang identitas kesukuannya susah terlihat secara kasat.

“Orang tua juga sudah jarang menamakan dengan nama anaknya dengan nama Sunda (lihat anak melenial) seperti suku lainnya. Masyarakat Sunda hanya bahasa satunya yang bisa menjadi identitas, bisa terlihat langsung karna dilakukan sehari-hari,” paparnya.

Menurutnya, hal itu menjadi pekerjaan rumah bagi masyarakat Sunda agar dapat menanamkan bahasa dari sejak dini. Harus bangga ngamumule Basa Sunda. Karena suka tidak suka, anak-anak saat ini bahasa pergaulannya sudah jarang menggunakan Basa Sunda.

“Apalagi di komplek atau perumahan. Sebab itu, ini menjadi tanggung jawab kita menjaga identitas intinya ulah poho kana purwadaksi. Jangan kalah sama orang Jawa. Dimanapun mereka berada, bahasa ibu selalu dipegang contohnya, di Lampung dulu transmigrasi dari Jawa, eh sekarang setengah Lampung Basa Jawa,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *