Pergerakan Tanah Di Kabupaten Sukabumi Makin Ganas

SUKABUMI – Bencana pergerakan tanah di Kabupaten Sukabumi kian parah. Kamis (28/1), jumlah warga yang mengungsi di Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi bertambah menjadi 114 jiwa. Hal ini dikarenakan, pergerakan tanah diwilayah tersebut terus meluas.

Dari informasi yang dihimpun Radar Sukabumi, aktivitas pergerakan tanah ini dipicu karena kondisi tanah di wilayah tersebut sangat labil. Selain itu, faktof curah hujan yang terus terjadi juga menjadi penyebab lainnya.

Bacaan Lainnya

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Benana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Anita Mulyani mengatakan, untuk memastikan kondisi pergerakan tanah di wilayah Desa Cijangkar ini, dirinya sudah berulang kali melakukan peninjauan dan asessment serta pengkajian cepat ke lokasi kejadian.

“Saat ini, data yang tercatat di BPBD Kabupaten Sukabumi itu, terdapat 37 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 114 jiwa yang terdampak dari bencana pergerakan tanah tersebut,” kata Anita kepada Radar Sukabumi, Kamis (28/01/2021).

Ratusan jiwa dari puluhan kepala keluarga kini sudah berada di lokasi aman setelah mereka dievakuasi oleh pemerintah setempat dan petugas gabungan ke rumah saudara terdekatnya. Selain itu, ada juga sebagaian warga yang kini tinggal di Gedung SDN Ciherang.

“Lokasi gedung sekolah itu, terpaksa kami jadikan sebagai lokasi evakuasi sementara karena dinilai masih kita anggap relatif aman. Iya, kalau malam hari mereka terpaksa harus tinggal di gedung sekolah itu. Tetapi kalau siang hari, mereka pasti keluar untuk menjalankan aktivitas seperti biasanya,” paparnya.

Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, BPBD Kabupaten Sukabumi dan Petugas Penaggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) bersama pemerintah setempat terus memonitor pergerakan tanah tersebut.

“Kita lakukan sambil terus mengambil langkah koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Jawa Barat serta pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi untuk menyelesaikan persoalan bencana ini. Kesabaran dan kerja sama dari semua pihak dalam menyikapi bencana ini, tentunya sangat dibutuhkan. Semoga ada solusi yang terbaik,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pelayanan Desa Cijangkar, Ahmad mengatakan, pihaknya membenarkan soal pergerakan tanah yang setiap harinya semakin meluas dan membesar. Sementara untuk kedalamam retakan bervariasi, mulai dari satu meter hingga empat meter.

“Kalau satu pekan terakhir itu, hanya terdapat 19 rumah dari 21 kepala keluarga (KK) yang terdampak dari pergerakan tanah itu. Namun saat ini, jumlah warga yang terdampak hingga dilakukan evakuasi ke tempat lebih aman jumlahnya semakin banyak,” katanya.

Untuk mengantisipasi resiko bencana alam, pemerintah Desa Cijangkar tak henti-hentinya menghimbau kepada seluruh warga untuk meningkat kewaspadaan selama musim hujan berlangsung. Ini dilakukan sebagai salah satu bentuk upaya preventif untuk menghindari bencana susulan.

“Kalau namanya bencana itu, tidak bisa diketahui atau diprediksi kapan waktunya akan terjadi. Tetapi yang patut kita antisipasi itu adalah dengan meningkatkan kewaspadaan ini. Apalagi, sekarang cuacanya sangat ekstrim,” pungkasnya. (den/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *