Gara-gara Status WhatsApp Kades Ngajak Sparing, Puluhan Warga Ontrog Kantor Desa Sukaresmi Cisaat

Puluhan warga dari Alinasi Warga Desa Sukaresmi (AWDS), saat melakukan unuk rasa di kantor Desa
DIDEMO : Puluhan warga dari Alinasi Warga Desa Sukaresmi (AWDS), saat melakukan unuk rasa di kantor Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat pada Selasa (05/07).(FOTO : UNTUK RADAR SUKABUMI)

SUKABUMI — Akibat status WhatsApp, puluhan warga yang tergabung dalam Alinasi Warga Desa Sukaresmi (AWDS), berbondong-bondong menggeruduk kantor Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat pada Selasa (05/07).

Puluhan pemuda tersebut, sengaja mendatangi kantor desa untuk melakukan aksi unjuk rasa untuk menyampaikan kekecewaanya terhadap kepala desa yang diduga mempersekusi terhadap kedua orang warganya.

Bacaan Lainnya

Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, petugas gabungan dari Polri dan TNI telah diterjunkan di kantor desa guna melakukan pengamanan dalam mengantisipasi adanya anarkisme warga.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Radar Sukabumi, aksi unjuk rasa ini, bermula dari tulisan status WhtasApp milik kepala desa yang tersebar, “Hayo atulah gera auden dei, hayang ngala Huntuna ada sok pinter bodo batur dasar euweuh otakan,, hayu ah sparingan, hayang panggih diluar secara pribadi (Ayo ingin segera audensi lagi, ingin rontokan giginya, ada yang so pintar, membodohkan orang lain, dasar tidak punya otak,, ayo kita sparring atau duel, ingin ketemu di luar secara pribadi, red)

Status WhatsApp Kades Ngajak Sparing

Koordonator Aliansi Warga Desa Sukaresmi, Rizki Rabiul Tsani mengatakan, ia bersama puluhan warga sengaja mendatangi kantor desa setelah melihat tulisan status yang berkaitan dengan ulah kepala desa yang disinyalir mempersekusi terhadap kedua orang warganya.

“Iya, awalnya kami melihat dari status WhatsApp Pak Kades yang bernada intimidasi. Isi pada statusnya itu ingin mencabut gigi seorang warga. Bukan hanya itu, Kades juga mengajak berantem atau sparing,” kata Rizki.

Untuk itu, setelah mengetahui hal tersebut ia bersama warga lainnya langsung naik vitam dan segera bergegas mendatangi kantor Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat. Setiba di kantor desa, mereka langsung melakukan orasi sambil membawa kedua warga yang diduga menjadi korban persekusi kepala desa tersebut.

“Intinya, yang menjadi sorotan kami adalah terkait perilaku dan tutur bahasa seorang kepala desa yang sepatutnya tidak dilakukan,” paparnya.

Menurut Rizki, emosi warga semakin menjadi saat melihat video persekusi tersebut mengajak duel sparring selama 15 menit terhadap warga. Yakni Lui Andrian dan Indra Risandi. Bahkan, Indra Risandi diajak duel selama 15 menit dan meminta kirim lokasi agar dia bisa datang.

“Berarti secara tidak langsung dia sebagai kades merasa punya power lebih. Padahal hal itu, tidak boleh dilakukan karena ini bukan contoh yang baik bagi sesosok publik,” ujarnya.

Sebab itu, saat berorasi di kantor desa mereka mengingatkan kepada kepala desa agar tidak berprilaku semena-mena. Sebab, menurutnya sosok pemimpin harus lebih bijak dalam menangani persoalan apapun sesuai yang diinginkan masyarakat.

“Warga meminta agar perilaku itu, tidak terulang kembali dan dipertontonkan kepada publik,” tandasnya.

Setelah melakukan aksi unjuk rasa ini, ia bersama warga yang tergabung dalam AWDS, akan melaporkan dugaan persekusi Kepala Desa Sukaresmi tersebut, kepada pihak kepolisian.

“Jadi proses selanjutnya, kita akan menempuh jalur hukum. Bagaimana pun ini masalah hukum dan kita akan melakukan pelaporan kepada kepolisian,” timpalnya.

Bukan hanya itu, mereka juga akan melaporkan hal tersebut kepada intansi terkait dan bupati Sukabumi atas dugaan persekusi kepala desa terhadap warganya itu.

“Iya, secara kedinasan, kami sabagai warga akan melaporkan ke Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMPD) Kabupaten Sukabumi,” ujarnya.

Sementara itu, menanggapi hal tersebt Kepala Desa Sukaresmi, Jalaludin mengatakan, persoalan tersebut merupakan kesalahan pahaman. Karena ia menilai bahwa status WhastApp itu, bukan untuk ditunjukkan kepada pribadi atau seseorang. Namun, akibat status WhatsApp dirinya yang salah faham akhirnya berkepanjangan dan dianggap persekusi warga hingga berujung pada aksi unjuk rasa.

Pos terkait