Cuan di Labuan Bajo, Surga di Ciletuh-Palabuhanratu

Gerakan Anak Negeri Labuan Bajo
Tim Ekspedisi Gerakan Anak Negeri (GAN) di Pulau Komodo, Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (15/1)

Ekspedisi Gerakan Anak Negeri, Spirit of Super Premium Labuan Bajo

Rasa kagum itu berawal saat masih di dalam pesawat. Dari langit, keindahan alam di Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur mulai memikat mata.

Sembari otak berpikir genit. Berapa cuan yang dihasilkan Labuan Bajo? Yang pasti, hati kecil tak dapat dibohongi. Bahwa keindahan alam di kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu tak kalah memesona.

Bacaan Lainnya

Laporan: RAHMAD YANADI

UDARA khas pesisir menyambut kedatangan Tim Gerakan Anak Negeri berjumlah 20 orang yang dipimpin langsung oleh CEO Radar Bogor Grup Hazairin Sitepu di Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo, Jumat (14/1).

Sebelum landing, sempat bertanya. “Mana komodonya?”

Usai terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng menuju Bandara Komodo, Labuan Bajo sekira 105 menit, ekspedisi berlanjut berlayar ke pulau-pulau yang berada di sekitar Labuan Bajo.

Petualangan Tim Gerakan Anak Negeri berganti, dari pesawat terbang ke kapal laut. Tepatnya, Kapal Pinisi Sipakatau Bulukumba.

Salah satu karya putra Nusantara ini menelan biaya produksi senilai Rp1,5 miliar yang dikerjakan selama satu tahun. Kapal layar motor (KLM) berbahan kayu ini dibuat di Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Dengan Kapal Pinisi ini pula, Tim Gerakan Anak Negeri yang terdiri Redaktur Pelaksana (Redpel), Pemimpin Pedaksi (Pemred) dan General Manager (GM) Radar Bogor Grup (RBG) banyak menghabiskan hari, tepatnya tiga siang dua malam.

Mulai dari salat, makan, masak, mandi hingga tidur di atas kapal yang menggunakan mesin truk 6 silinder ini. Kemudian, berlayar di Pulau Kalong, Pulau Padar, Pulau Komodo dan tujuan akhir di Pulau Kanawa.

“Ini perjalanan long exclusive,” kata Hazairin Sitepu yang juga pencetus Gerakan Anak Negeri tersebut.

Sejumlah destinasi wisata digali dan dipublikasikan demi membantu membangkitkan ekonomi kreatif. Untuk memberikan semangat pemulihan ekonomi dari sektor pariwisata. Seperti tema besar ekspedisi kedua GAN yang bertajuk “Spirit of Super Premium Labuan Bajo 2022”.

Kendati masih di tengah pandemi Covid-19, sejak bulan Desember akhir tahun lalu, kunjungan wisatawan domestik ataupun mancananegara di Labuan Bajo mulai meningkat.

Labuan Bajo dengan Taman Nasional Komodo nya sudah masyhur. Namanya mulai menyaingi Bali, tetangganya. Keindahan pantainya memang luar biasa.

Sakingnya, rasa lelah, jetlag, dan kantuk, seketika sirna ketika mata ‘menggerayangi’ indahnya panorama. Pantainya, pulaunya, pasirnya, lautnya, ombaknya, senjanya, bukit-bukitnya, dan kebersihannya.

“Minggu ini, kapal yang berlayar membawa wisatawan sekitar 30 kapal, biasanya sebelum pandemi lebih dari 70 kapal,” kata Asep Garut, pemandu wisata yang mendampingi tim ekspedisi Gerakan Anak Negeri.

Ekspedisi Gerakan Anak Negeri dilakukan dari tanggal 14 hingga 17 Januari 2022. Selama itu, aktivitas rombongan berkutat seputaran trekking, snorkeling, dan memberikan bantuan setengah ton beras ke penduduk di Kampung Komodo.

Di hari pertama berpetualang di laut, jelang petang, Kapal Phinisi Sikapatau dengan Kapten Kapal Alfian (24) menurunkan jangkar di sekitar Pulau Kalong, dengan niatan menunggu sunset dan keluarnya ribuan kalong dari sarangnya.

Namun sayang, karena cuaca mendung dan angin, tenggelamnya matahari tidak terlihat dan terbangnya ribuan kalong tidak terlihat dengan jelas.

Di hari kedua, jelang pagi, kapal berlabuh di Pulau Padar. Dengan diantar sekoci tiga kali bolik-balik, tim GAN diantar menuju pulau Padar yang merupakan ikon Flores.

Trekking dilakukan, lelah dan capek mendaki dengan menapaki 816 anak tangga menuju puncak Pulau Padar, terbayarkan dengan disuguhi indahnya pemandangan exotic Taman Nasional Komodo yang terdiri dari pulau-pulau dan air lautnya yang jernih tersebut.

Menariknya lagi, sejauh mata memandang di Pulau Padar, tidak tampak sampah berserakan bahkan puntung rokok pun tidak terlihat.

“Woy, jangan merokok! Tolong dimatikan, puntungnya jangan dibuang di semak, dibawa,” seru salah seorang petugas di Pulau Padar kepada salah seorang tim GAN yang tidak tahu ada aturan larangan merokok dan membuang sampah. Luar biasa, kata saya.

Selanjutnya, jelajah di Pulau Padar diteruskan, yakni dengan menyambangi kawasan Pantai Pink atau bisa disebut Pink Beach. Ya, pasir pantainya berwarna merah muda, dan pantainya bersih. Saking jernihnya air laut, wisatawan yang snorkeling dapat melihat dengan jelas ikan-ikan kecil dan terumbu karang. Menakjubkan.

Siang harinya, Tim GAN berlayar kembali menyambangi Pulau Komodo. Untuk melihat komodo, binatang kanibal yang hampir punah tersebut.

Dari data yang tercatat, populasi Komodo yang hanya ada di Indonesia ini mencapai 3022 ekor yang tersebar di Pulau Komodo, Pulau Padar dan Pulau Rinca.

“Kenapa kita tahu berapa jumlah komodo yang masih hidup, karena di tiap komodo itu kita pasang chip, jadi kita tahu juga pergerakkannya dan terus dipantau,” kata petugas di Pulau Komodo.

Sore harinya, Tim GAN berlayar kembali dan menyambangi Kampung Komodo, dipimpin langsung oleh Hazairin Sitepu menyerahkan bantuan beras setengah ton untuk warga sekitar yang membutuhkan. Seperti di kegiatan sebelumnya, di ekspedisi GAN pertama di Bali, juga menyalurkan bantuan beras untuk warga lokal.

Tim Ekspedisi Gerakan Anak Negeri
Tim Ekspedisi Gerakan Anak Negeri (GAN) saat berada di atas Kapal Pinisi Sipakatau Bulukumba.

Di hari ketiga, Kapal Pinisi yang berpenumpang 27 orang tersebut menyambangi Pulau Kanawa. Lagi-lagi wisatawan disuguhi pemandangan laut yang istimewa, dan para wisatawan asyik berfoto dan bervideo ria dengan disuguhi panorama yang elok, serta wisatawan yang asyik snorkeling bercanda dengan ikan-ikan kecil. Mantap.

Dengan segala potensi yang dimiliki Labuan Bajo, mampu menghadirkan kegiatan perekonomian warga sekitar. Sebelum pandemi, okupansi yang dihasilkan Labuan Bajo sangat besar. Nyaris semua hotel yang ada di Labuhan Bajo laris manis. Sold Out.

Pun dengan aktivitas masyarakat sekitar meningkat. Memang harganya lumayan di atas rata-rata. Tapi nilai tersebut akan terbayar dengan lunas dengan sajian panorama alam Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo.

Tapi sekali lagi, hati kecil penulis tak dapat bohong. Bahwa faktanya, Pantai di Geopark Ciletuh-Palabuhanratu hingga Ujunggenteng yang menyimpan binatang hampir punah, yakni penyu hijau (Chelonia mydas) itu tidak kalah indahnya.

Malah, sebenarnya, jika dikelola dengan sangat baik dan benar, Geopark Ciletuh-Palabuhanratu yang mempunyai banyak air terjun atau curug tersebut lebih indah dan lebih lengkap dari Labuan Bajo.

Jika adagium menyebutkan, “Tuhan menciptakan Bandung saat sedang tersenyum”. Maka, “Sukabumi diciptakan saat Tuhan sedang bergembira”. Narasi ini tidak terlalu metafora, bila melihat pesona Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.

Ya, Geopark Ciletuh-Palabuhanratu adalah salah satu mahacipta Tuhan di Jawa Barat. Dunia pun, melalui UNESCO PBB telah mengakuinya. Sebagai salah satu warisan dunia yang ada di Indonesia, ada di Sukabumi.

Kabupaten Sukabumi dengan luas seluas 4.128 km² ini, memiliki hampir seluruh potensi wisata alam. Sukabumi pun terkenal dengan istilah ‘Gurilaps’.

Yakni, gunung, rimba, laut, pantai dan sungai. Sukabumi bak surga yang belum terpampang. Seandainya saja Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, dikelola seperti halnya Labuan Bajo, maka sempurnalah Indonesia. Dengan kekayaan alamnya. Dan kekayaan cuannya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *