Ciletuh Palabuhanratu Kota yang Ditinggalkan (1)

Peta Ciletuh Palabuhanratu
Peta Ciletuh Palabuhanratu Milik Kerajaan Belanda atau Pemerintah Batavia. (foto : poestahadepok)

Oleh : Handi Salam

TIDAK salah para Akademisi yang diantaranya dari Universitas Indonesia (UI) merekomendasikan bahwa Kecamatan Palabuhanratu paling cocok dibanding Kecamatan Cibadak untuk dijadikan Ibukota Kabupaten Sukabumi, itu terjadi pada tahun 1988. Mungkin saat itu saya belum dilahirkan.

Bacaan Lainnya

Saya tertarik mengulas ini, sampai terbawa mimpi. Ternyata bayangan Palabuhanratu dan Selatan Sukabumi yang masih kampung itu, saya salah. Faktanya, dulu pernah menjadi Kota setara dengan Batavia (Jakarta) atau Surabaya.

Dulu saat saya mengantar nikah teman ke kawasan geoprak Ciemas tahun 2013san, Jalannya seperti ke Hutan. Sekarang tidak lagi. Saya terkesan dengan wilayah itu. Ternyata benar kawan Palabuhanratu dan Selatan Jawa memiliki cerita menarik.

Berawal tahun 1883, pemerintah Batavia (Sekarang Jakarta) dibawah Kerajaan Belanda menutup Palabuhanratu sebagai pusat Pedagangan dan pusat pelabuhan internasional. Sepi, ya jelas. Namun ada Pejabat VOC RA Eekhout yang berjuang untuk menghidupkannya, tetapi usaha itu gagal tanpa bantuan pemerintah Batavia.

Tahun 1888 RA Eekhout mengambil inisiatif untuk membangun jalur kereta api dari Sukabumi ke Pelabuhan Ratu via Cibadak. Namun Gagal. Kembali mengusulkan jalur Kereta Api dari Sagaranten ke Leuwiliang Via Cikembar. Gagal juga, akibat ditolak Batavia.

Namun perjuangan ada ujungnya. Tahun 1901 Batavia memberikan respon untuk membuka jalur pelayaran dari Jakata ke Palabuhanratu. Lantas, bagaimana kondisi Ekonomi Palabuhanratu dan Jampang terutama Sukabumi selatan setelah adanya Pelayaran. Itu yang menarik.

Namun, sebelum membahas kesana kita lihat dulu perjalanan di tahun 1706. Dimana, daerah atau district Jampang Kulon sudah dilaporkan di Peta Belanda. Itu terlihat dalam catatan Dgahregister 1 April 1706.

Itu berkaitan dengan tulisan saya sebelumnya, Lihat (Sebelum Ada Nama Sukabumi, District Jampang Lebih Dulu Dikenal Belanda, Dihapus Karena Melawan)

Saat itu, nama Jampang hanya satu kesatuan, belum ada Jampang Kulon dan Jampang Wetan atapun Jampang Tengah. Namun pada tahun 1830 baru terbentuk wilayah Jampang Kulon, wetan, Tengah. Itu berdasarkan kumpulan peta de Haan.

Jampang wetan merupakan daerah kekuasaan bupati Cianjur kala itu. Sementara Jampang Kulon berdiri sendiri. Namun ketika Ketika terjadi reorganisasi tahun 1870 wilayah Jampang Wetan masuk ke Afdeeling Cianjur dan wilayah Jampang Kulon dimekarkan dengan membentuk Wilayah Djampang Tengah yang mana kemudian kedua wilayah dan lima wilayah lainnya disatukan di dalam Afdeeling Sukabumi.

Baru se abad kemudian, muncul pada tahun 1821 terjadi pemekaran, itu berdasarkan catatan atau berita Bataviasche courant, 07-04-1821 (Surat Kabar Belanda). Didalam berita tersebut dilaporkan adanya banjir dan longsor akibat hujan lebat yang menyebabkan delapan tewas dan 41 luka berat yang dialami penduduk. Namun tidak disebutkan di kampong-kampong mana kejadian terjadi.

Sejak berita itu, tidak pernah lagi ada berita soal Jampang Kulon. Baru pada tahun 1834 nama Jampang Kulon dilaporkan itu berdasarkan laporan dari Javasche courant, di 08-03-1834).

Berita ini dikaitkan dengan iklan Residen OC Holmberg de Beckfelt yang memberitakan sebuah kapal dagang yang mengalami kecelakaan di muara sungai Ciwaru, pada saat itu para penduduk menemukan pecahan kapal juga berhasil mengumpulkan berbagai barang dagangan seperti alat-alat pribadi (seperti pisau cukur, kunci dan gunting), bahan bangunan (seperti paku, kunci, engsel dan batangan besi) dan milik pribadi pedagang (seperti pakaian, sepatu, syal, linen dan sikat gigi).

Residen OC Holmberg meminta kepada ahli waris yang bisa mengklaim untuk mengambilnya di kantor residen di Cianjur.

Nah pada tahun 1840an, wilayah Sukabumi dan Jampang ini mulai diperhitungkan sebagai wilayah pembangunan ekonomi yang potensial.

Langkah pertama yang dilakukan pemerintah Batavia adalah merintis jalan akses antara Buitenzorg dan Cianjur melalui Cejeruk dan Sukabumi dan jalan akases yang menghubungkan antara Sukabumi dan Palabuhanratu.

Pos terkait