Oleh : Handi Salam
TADINYA Saya mau tidur, biar sahur bisa bangun lebih awal. Ternyata belum bisa. Dulu sewaktu tinggal bersama orang tua tak bisa tidur lantaran Gonggongan Anjing Tetangga. Sekarang, akibat ingat diskusi soal Anjing. Hampir mirip beda suasana. Sama-sama soal Anjing yang tak berdosa.
Kawan saya setiba-tiba ajak membahas Anjing. Tepatnya anjing penjaga yang mendapatkan stigma buruk dari tetangganya. Dulu dilingkungan petani anjing adalah sebuah sahabat. Sekaligus Alarm alam jika ada orang asing datang.
Anjing waktu itu lanyaknya teknologi saat zaman kini. Mereka mampu memberikan tanda bahaya. Jika tidak aman, mereka bersuara. Tak peduli tengah malam, siang ataupun subuh, bahkan siang bolong haripun.
Bagi para pemburu, anjing adalah alat kerja. Saya pernah membuktikannya saat ikut memburu babi saat SMP. Berhadapan dengan Babi hutan yang bermata merah. Menyeruduk kedepan, untung Anjing membela. Kalau tidak, saya sudah tiada.
Anjing adalah hewan yang unik. Meski haram, cara berkomunikasi denganya harus dengan mata ke mata. Bukan hati ke hati. Anjing akan melihat lawan komunikasinya dengan tatapan mata dengan cara membaca. Kemudian akan merespon berdasarkan roman muka. Jika takut, anjing akan menambah ketakutannya lawannya. Jika tidak, anjing akan merespon biasa.
Anjing bukan tipe hewan pedendam, meski disakiti majikannya sekalipun. Coba saja. Anjing akan tetap setia, (tidak berlaku dengan anjing tertentu yang ganas). Sangat banyak kisah heroik didunia soal anjing. Meski, anjing tetaplah anjing yang haram bagi umat muslim.
Di Stasiun Shibuya (Shibuya-eki) Tokyo Jepang contohnya, disana ada patung Anjing. Stasiun kereta api dengan stasiun komuter tersibuk keempat di Jepang terpangpang patung anjing Hachiko yang melambangkan kesetiaan.
Patung itu berkisah soal kesetiaan Hachiko terhadap Profesor Hidesaburo. Mulai terkenal usai seorang mantan mahasiswa profesor menuliskannya dalam sebuah artikel di surat kabar nasional di 1932. kisah ini pun dijadikan sebuah film Hollywood berjudul Hachi : A Dog’s Tale pada 2009.
Kemudian di New York Central Park berdiri patung Balto. Seekor Anjing yang mampu menyemangati tuannya untuk tetap bertekad menembus Alaska yang beku sepanjang 1085 km secara estafet. Kisahnya sangat dikenang. Antarkan sejuta ampul vaksin difteri. Kemudian pada akhirnya bisa menyelamatkan 2.000 jiwa penduduk Nome yang terisolasi bersama ancaman difteri (1925).
Itu hanya dua kisah, banyak sekali cerita Anjing. Bahkan Sudah di Filmkan ada puluhan, atau lebih. Anjing tidak selalu dikaitkan dengan sikap buruk ada baiknya juga. Bahkan lebih. Bagaimana ‘Anjing penjaga’ yang disebut sebagai Tugas Pers. Kesannya masih sama. Dicap buruk karena banyaknya oknum. Mungkin terlalu galak. Galaknya tanda kutif. Apalagi saat lebaran akan tiba, berkeliaran.
Anjing akan keras bersuara ketika rumah tuannya teracam. Itu pernah di lontarkan oleh Tokoh Pers Nasional Presiden ILC yang kini Rehat Karni Ilyas, atau yang lainnya. Suara gonggongannya bakal terdengar nyaring dan keras ketika muncul sesuatu fenomena yang mencurigakan. Fenomena yang mungkin mengancam rumah tuannya, sekaligus tuannya. Sudah seharusnya Pers harus sangat responsif terhadap fenomena-fenomena yang ”mencurigakan” dalam tatanan sosial.
Pers juga memiliki tanggung jawab menjaga rumah tuannya dalam arti yang lebih luas, negara, serta tuannya, yaitu pemerintahan dan masyarakatnya. Pers memiliki tugas menyuarakan keganjilan dan keanehan.
Sama halnya anjing, setiap hal aneh atau mencurigakan menjadi sasaran pers untuk disuarakan. Meski, setiap kecurigaan terhadap fenomena-fenomena itu belum tentu memiliki bobot kebenaran yang dapat dibuktikan. Namun, hal itu, menjadi salah satu isyarat sekaligus bahan evaluasi atau kontrol terhadap realitas yang terjadi.
Dia akan menggonggong ketika ada yang mencurigakan. Jadi, anjing penjaga itu tidak selalu benar. Anjing itu selalu mengonggong karena ada hal ganjil. Karena ada tikus yang lari-lari, misalnya. Pers tidak selalu benar.
