Minat Siswa Turun di PJJ Fase Dua

ILUSTRASI: Siswa mengerjakan tugas dengan sistem pembelajaran jarak jauh. (Dok/JawaPos.com)

JAKARTA – Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai tingkat minat belajar siswa menurun pada pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) fase dua yang dimulai pada awal semester kemarin. Berdasarkan laporan, FSGI menemukan sejumlah daerah mengalami hal tersebut.

“Baik bagi pendidik maupun peserta didik. Meskipun ada bantuan kuota internet dari Kemdikbud, namun jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran daring melalui aplikasi zoom ataupun google meet dari hari ke hari semakin menurun,” terang Presedium FSGI Fahmi Hatib dalam keterangannya, Rabu (18/11).

Bacaan Lainnya

Seperti yang terjadi di kawasan Nusa Tenggara Barat (NTB), pada fase pertama saat belum ada bantuan kuota, keikutsertaan siswa mencapai 60 persen. Akan tetapi, pada fase dua keikutsertaan menurun 20 persen.

Turunnya semangat belajar peserta didik ini pun dikeluhkan oleh beberapa guru SMP di Jakarta Timur dan Bekasi. Pasalnya, kelas tidak selalu penuh saat PJJ digelar.

“Kalau saya memulai pembelajaran jam 8 pagi dengan menggunakan aplikasi google meet atau zoom meeting, siswa yang ikut hanya sekitar 20 orang dari 32 siswa. Ketika saya telepon telepon selulurnya, yang angkat orangtuanya, dan orangtuanya hanya mengatakan bahwa anaknya masih tidur,” ungkap salah satu guru ASN di Jakarta kepada pengurus FSGI.

Guru di Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat turut menuturkan keluhannya. Apalagi, kata dia, tidak ada dorongan orang tua dalam mendukung anak saat PJJ.

“Bahwa peran orangtua sangat besar untuk membangkitkan semangat belajar anak-anaknya, namun ternyata semangat orangtuanya sendiri juga sudah mulai menurun,” ucapnya.

Wakil Sekjen FSGI Mansur menambahkan, di saat orang tua dan anak tidak memiliki semangat untuk PJJ, maka pembelajaran tatap muka (PTM) menjadi satu keniscayaan. PTM harus menjadi alternatif mengatasi kejenuhan dan masalah psikologis peserta didik, termasuk para pendidik.

“Oleh karena itu, FSGI mendorong pembelajaran campuran dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 dengan catatan sekolah siap, guru dan para siswa juga siap memasuki adaptasi kebiasaan baru (AKB) di satuan pendidikan dengan mematuhi protocol kesehatan atau AKB,” ujarnya. (fan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *