Istiqomah dan Ide Segarnya dalam Gerakan Hai Kampus

Aksi Istiqomah mencetuskan gerakan Hai Kampus patut diacungi jempol. Pengetahuan jurusan yang tadinya itu-itu saja berkembang pesat ditangannya. Bahkan juga diserap hingga ke pedesaan di Jawa Timur.

RESVIA AFRILENE

ISTIQOMAH terlihat ceria saat ditemui di sebuah radio swasta, kawasan Citandui, (28/9). Seperti biasa, siang hingga sore, Isti –sapaannya– sibuk mengudara dan menyapa para penggemar setianya. Carilah nama Isti Salma jika ingin mendengarkan suara Isti saat on air.

Di ruangan bercat krem yang adem itu, Isti terlihat keren dengan mengenakan headphone dan mikrofon tepat di depan bibirnya. Jemarinya seolah menari-nari di atas alat-alat manajerial radio.

Mulai player, mixer, hingga fader untuk memutar lagu dan mengatur volume suara. Perempuan kelahiran Surabaya, 26 Maret 1993, itu dipercaya menjadi tim produksi beberapa program di sana. Maklum, pikirannya yang dipenuhi ide-ide segar dan kebiasaannya yang selalu aktif dalam organisasi membuatnya tak bisa diam ketika menjalani rutinitas kerja.

Isti pun akhirnya memutar otak dan berpikir mengembangkan sebuah proyek sosial.

’’Sebenarnya profesi penyiar radio passion aku banget sih. Tapi, ada yang kurang gitu kalau nggak punya kegiatan lain,” ujarnya setelah menuntaskan satu sesi siarannya.

Isti mulai khawatir jika bosan dengan dunia kerja sejak sebelum lulus kuliah dari Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga pada 2015.

Kesempatan untuk ikut berbagai lomba dan komunitas pasti tak sebebas dulu, pikir Isti. ’’Sempat mau bikin komunitas. Tapi,mengatur komunitas dan menjaga eksistensinya itu juga nggak gampang,” katanya.

Inspirasi datang saat Isti mengenal beberapa komunitas kepemudaan yang berseliweran di kampusnya. Dia pun berpikiran membuat forum diskusi rutin.

Berbekal keyakinan dan ke percayaan diri, Isti yang didukung tiga temannya, Riza, Verlita, dan Amal, mencetuskan sebuah platform yang mereka beri nama Hai Kampus.

’’Sumpah, itu awalnya ngobrol doang sama anak-anak. Masih ingat banget, kami berdiskusi di Kafe Pintu Rumah Srikana dan yes, officially Hai Kampus berdiri Januari 2016,” tutur Isti, lalu tertawa kecil.

Diseruputnya teh manis dari cangkir favoritnya yang berwarna merah sebelum kembali menceritakan perjuangannya menghidupkan
Hai Kampus.

’’Berawal dari proyek pelarian saja,” candanya.

’’Jadi, awalnya Hai Kampus ini fun project buat aku. Kami garap semampunya. Diskusi bulanan kami jalankan
dari peserta yang nggak lebih dari sepuluh sampai sekarang bisa ratusan waktu agenda Hai Kampus
Sharing Session,” paparnya.

Agar lebih memberi banyak manfaat, Hai Kampus berfokus pada diskusi bedah jurusan. Isti memilih topik itu karena belum banyak gerakan lain yang mengarah ke sana. Padahal, percabangan jurusan makin banyak dan sebagian besar adik-adik yang duduk di bangku SMA baru tahu namanya saat ada pameran kampus.

’’Mereka harus tahu sebelum memilih. Ilmunya tentang apa, prospeknya bagaimana dan seperti apa kuliahnya. Itu info yang kami bagi,” ujar Isti. Karena itu, Isti pun menggaet pembicara dari alumnus berbagai jurusan setiap bulan.

Animo peserta makin meningkat saat Isti harus mulai menjalankan Hai Kampus sendirian lantaran kawan-kawannya memutuskan berkuliah di luar negeri.

’’Si Verlita juga ikut Indonesia Mengajar di pedalaman gitu kan, wasalam deh,” celetuknya.

Meski sempat kewalahan dan terpaksa vakum selama beberapa bulan, pada akhir 2017 Isti kembali menyalakan semangatnya. Suntikan moral untuk Isti datang dari berbagai pihak. Putri kedua pasangan Salamah dan Sukadi tersebut langsung membuat lompatan jauh.

Dia mencanangkan agenda Hai Kampus Sharing Session di beberapa titik luar Kota Surabaya di Jawa Timur.
’’Alhamdulillah, sudah berjalan dua kali di Kabupaten Probolinggo dan Lamongan,” ujar Isti, lalu tersenyum.

 

(*/c7/ano)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *