Mendengar Cerita Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan: Loncat dari Tribun Langsung Pinsan

Sisa kerusuhan di depan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang,
TINGGAL RANGKA: Sisa kerusuhan di depan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, kemarin. (ALFIAN RIZAL/JAWA POS)

JAKARTA — Yang terakhir ada di ingatan Afrizal Wisnu adalah gas air mata yang disemburkan ke arah tribun 12 Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Mata remaja 16 tahun itu terasa perih, hidungnya juga tiba-tiba kesulitan bernapas.

“Pas sadar, saya sudah tiduran di kamar rumah sakit,” kata siswa kelas XI salah satu SMK di Malang, Jawa Timur, itu saat ditemui Jawa Pos di RSUD dr Saiful Anwar, Kota Malang, kemarin (2/10).

Bacaan Lainnya

Begitu gas air mata datang, Wisnu tidak sadarkan diri. “Saya semaput, Mas. Saya tidak tahu siapa yang nolong sampai ke rumah sakit. Katanya sih ditolong sama anak Aremania Pasuruan,” bebernya.

Setelah sadar, Wisnu tidak langsung pulang. Kondisinya memang sudah sehat. Tapi, dia masih menunggu kabar dari temannya. “Ada teman dari Probolinggo yang ikut lihat. Tapi, sampai sekarang belum tahu kabarnya,” beber Wisnu.

Hatinya belum tenang. Dia sampai menunggu di kamar jenazah rumah sakit tempat dia dirawat. Muhammad Ilham adalah pasien yang bersebelahan dengan Wisnu. Bedanya, dia berasal dari Tulungagung, kota di sisi selatan Jawa Timur. Mamad, begitu dia akrab disapa, berangkat dengan tujuh temannya dengan menggunakan motor. “Begitu (gas air mata) ditembak, pandangan saya langsung kabur. Lihat apa-apa nggak jelas,” ungkap remaja 17 tahun itu.

Mamad langsung cepat-cepat keluar. Dia sempat berdesakan. Tapi kemudian meloncat menuju jalur ambulans. “Begitu sampai di luar, saya diberi air mineral. Nggak tahu dikasih siapa. Saya langsung cuci muka, minum, alhamdulillah selamat,” bebernya.

Bagaimana dengan tujuh teman lainnya? Satu di antaranya meninggal dunia. “Saya nggak sempat memikirkan kondisi teman-teman. Pas ada gas air mata, semua sudah mencar (berpencar),” tambahnya.

Faiz Alfikri tak seberuntung Wisnu dan Mamad. Dia menjadi salah seorang korban meninggal tragedi Kanjuruhan yang menelan total korban jiwa terkonfirmasi 125 orang. Kemarin pagi, sang kakek, Guntur Widya, datang ke RSUD dr Saiful Anwar dengan mata sembap. “Padahal, cucuku itu jarang lihat Arema di stadion. Paling kalau lihat ya pas laga besar saja seperti lawan Persebaya. Ya Allah, kok jadi gini sekarang,” ucapnya.

Raut wajahnya berubah garang ketika membahas penyebab kematian sang cucu. Nadanya agak tinggi. Dia menyalahkan gas air mata yang ditembakkan polisi. “Polisi itu gimana sih? Mau menyelesaikan masalah kok malah menimbulkan korban. Apa memang seperti itu cara polisi menyelesaikan masalah di stadion?” kata pria 57 tahun itu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *