Akibat Boikot, Bisnis Produk Terafiliasi Israel Anjlok

Pendapatan McDonald's terpukul di Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim [Aiysah Llewellyn/Al Jazeera]
Pendapatan McDonald's terpukul di Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim [Aiysah Llewellyn/Al Jazeera]

JAKARTA — Pemegang merek multinasional di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia, mengerahkan segala upaya dan strategi demi membantah produk mereka terafiliasi dengan zionis Israel.

Namun, laju gerakan boikot konsumen Muslim sebagai protes atas pembersihan etnis yang dilakukan militer Israel di Gaza, Palestina, bukannya surut, malah makin gencar menghantam merek-merek global tersebut, khususnya tiga merek besar: McDonald’s, Starbucks dan Danone.

Bacaan Lainnya

Belakangan, aksi boikot massal ini juga digelorakan via aplikasi pesan instan (chatting) paling popular WhatsApp. “Ini bukanlah boikot langsung, melainkan perasaan tidak senang yang mendalam terhadap Israel,” kata Putra Kelana di Medan, Sumatera Utara, kepada Al Jazeera, tentang alasannya memboikot produk makanan siap saji global, McDonald’s (20/3).

Kelana  bersama keluarga dan teman-temannya telah melakukan boikot terhadap McDonald’s sejak Oktober 2023, ketika McDonald’s Israel menyumbangkan ribuan makanan gratis kepada militer Israel di tengah pengeboman masif di Gaza.

“Jika saya bisa pergi ke Gaza untuk membantu melawan pasukan Israel, saya akan melakukannya. Muslim dibunuh oleh Israel setiap hari. Karena saya tidak bisa pergi ke sana secara langsung, yang terbaik adalah menunjukkan dukungan saya dengan tidak menggunakan produk-produk yang berafiliasi dengan Israel.”

Kelana, yang bergabung dalam grup WhatsApp di mana anggotanya secara berkala memposting daftar produk yang harus dihindari, juga telah berhenti minum air minum Danone Aqua, terutama  setelah  maraknya pemberitaan bahwa produsen Prancis, Danone, berinvestasi di beberapa perusahaan dan startup Israel.

Danone Indonesia, yang mengoperasikan 25 pabrik dengan 13.000 karyawan di Indonesia, tentu saja berupaya keras membantah adanya “hubungan atau keterlibatan dalam pandangan politik” terkait dengan genosida di Gaza, dan tahun lalu mengumumkan telah ikut menyumbang bantuan ke Palestina.

Upaya pembelaan diri seperti ini di Indonesia secara sinis disebut dengan istilah “Palestina Washing”.

Di seluruh Asia Tenggara, seruan untuk memboikot produk yang dianggap memiliki hubungan dengan Israel telah berdampak pada tergerusnya keuntungan merek-merek besar global.

Pada Februari lalu, McDonald’s mengatakan bahwa perang Gaza adalah salah satu alasan kenapa penjualan internasional hanya naik 0,7 persen selama kuartal keempat tahun 2023, turun tajam dari ekspansi 16,5 persen selama periode yang sama tahun sebelumnya.

“Dampak yang paling terasa adalah di Timur Tengah dan di negara-negara Muslim seperti Indonesia dan Malaysia,” kata CEO McDonald’s Chris Kempczinski.

Merek-merek lain yang terkena dampak boikot termasuk Unilever dan waralaba kopi Starbucks.

Unilever, yang memproduksi sabun Dove, es krim Ben & Jerry’s, dan kaldu berbentuk kubus Knorr, mengatakan pada Februari, bahwa penjualan di Indonesia anjlok dua digit selama kuartal keempat tahun lalu.

Isna Sari, seorang ibu rumah tangga di Medan, mengatakan bahwa dia telah mengubah daftar belanja mingguannya sejak awal penghancuran Gaza oleh Israel, termasuk meninggalkan cairan pencuci piring Sunlight, yang dimiliki oleh Unilever, dan berpindah ke  merek lokal Mama Lemon.

“Saya juga mulai membeli pasta gigi Ciptadent daripada Pepsodent, yang juga dimiliki oleh Unilever,” kata dia kepada Al Jazeera. “Selain produk-produk tersebut bukan pendukung Israel, harganya juga lebih murah.”

Unilever Indonesia bukannya tak berupaya keras menangkis boikot, makanya pada  November lalu Unilever mengeluarkan pernyataan membela diri:  bahwa mereka “sedih dan prihatin” tentang konflik tersebut dan bahwa produk-produk mereka “dibuat, didistribusikan, dan dijual oleh orang-orang Indonesia”.

Starbucks Indonesia, seperti cabang internasional lainnya dari merek tersebut, juga dimiliki oleh perusahaan lokal, PT Sari Coffee Indonesia. Namun, upaya mereka untuk menghapus citra terafiliasi dengan Israel, sedikitpun tak digubris konsumen.

Di salah satu cabang Starbucks di Medan, seorang karyawan yang enggan disebut namanya mengakui bahwa bisnis selama Ramadhan lebih lambat dari tahun sebelumnya, meskipun sudah digencarkan promosi menawarkan minuman gratis untuk berbuka puasa.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *