Kisah Keluarga Pengrajin Wajan Asal Kabupaten Sukabumi

Manfaatkan Aluminium Bekas, Utamakan Kualitas

Wajan yang dibuat dari aluminium bekas, ternyata banyak peminatnya. Kerajinan yang digeluti Bibin (62) sekeluarga di Kampung Kebonjati, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi.

BAMBANG SURYANA, Sukabumi

Cara tradisional masih digunakan Bibin sekeluarga, dalam membuat alat penggorengan berbagai ukuran. Sehingga diperlukan ketelatenan, supaya hasilnya maksimal. Meski begitu, jangan dianggap remeh soal kualitas. Wajan buatan Bibin sama bagusnya dengan wajan pabrikan. Bahkan, produknya laris dipasaran.

Usaha yang ditekuni sejak 1978 itu, sudah turun temurun.

“Saya membuat wajan dengan memanfaatkan bahan baku aluminium bekas, ukurannya berdiameter kecil hingga besar sesuai pesanan konsumen,”kata Bibin ketika ditemui Radar Sukabumi di rumahnyam Kamis (19/10).

Selain dijual di Sukabumi, wajan buatannya telah merambah pasar luar kota. Diantaranya Padang.

“Saya mampu bertahan menjalani usaha ini berkat keuletan, ketekunan, dan menjaga kualitas. Sehingga produknya hingga sekarang masih banyak diminati konsumen,” ucapnya.

Wajan buatannya dibandrol mulai Rp70 ribu hingga Rp400 ribu, tergantung ukuran. Bibin juga merekrut tiga tenaga kerja.

Rata-rata dalam sebulan pihaknya mampu memproduksi wajan sebanyak 30 pcs. Semua cara pengerjaannya dengan manual atau tradisional, mengutamakan kualitas barang sehingga kosumen tidak akan kecewa.

“Saya bekerja dibantu ketiga anak saya. Alhamdulillah setiap bulan bisa membuat sampai puluhan,” tuturnya.

Bibin tidak pelit membagi ilmu. Sebelum menjadi sebuah wajan, diperlukan sebuah potongan aluminium. Setelah itu dilakukan pembakaran di dalam tunggu hingga mencair. Tuangkan pada cetakan wajan, dan biarkan sampai dingin.

“Produknya dibuat sangat halus dan kuat, dengan ukuran tebal. Setelah terbentuk wajan baru diselep hingga warnanya putih, dan siap dijual,” jelasnya.

Meski memiliki sejarah panjang. Namun, perkembangan usaha belum bisa naik ke level yang lebih tinggi. Misalnya menjadi perusahaan besar.

“Untuk membeli mesin saja masih sulit,” akunya.

Akhirnya usaha tersebut hanya bisa menjangkau pasar kecil saja. Ia sendiri belum tahu bagaimana cara untuk bisa membesarkan usaha warisan keluarganya itu.

“Saya berharap, suatu saat usaha ini dapat terus berkembang dan maju,” tukasnya. (*/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *