Petani Lereng Gunung Gede Sukses Budidaya Edelweis

Edelweis
Seorang pengunjung tampak menikmati indahnya bunga abadi Edelweis di kawasan Camping Ground Bobojong, Sindangjaya. Foto: Dadan Suherman/ Radar Cianjur

CIANJUR – Sebagian masyarakat pasti tak asing dengan edelweis atau biasa disebut bunga abadi. Bahkan karena tumbunya di tempat tertentu, unik dan jarang ditemukan, maka tidak sedikit orang ingin membawanya pulang di saat mereka mendaki gunung.

Namun siapa yang mengira, bunga endemik yang kerap dijumpai di ketinggian dan mempunyai nama latin Anaphalis Javanica tersebut, kini dapat dikembangbiakan di dataran yang tak harus di puncak gunung.

Bacaan Lainnya

Salah satunya yang dilakukan Acep (47) warga Kampung Ading, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Cianjur. Di lereng Gunung Gede Pangrango tersebut sudah satu tahun ini, Acep bersama warga setempat berupaya untuk membudidayakan Edelweis dengan cara stek dan menyemai.

Dalam proses pembudidayaan bunga abadi itu, para pengunjung bisa melihat langsung bagaimana Edelweis bisa tumbuh dan berkembang secara sempurna di kawasan Camping Ground Bobojong, Desa Sindangjaya itu.

“Awal mula tertarik untuk membudidayakan bunga tersebut di lahan yang sempat ramai oleh para pecinta alam untuk berkemah di kaki Gunung Gede Pangrango,” kata Acep yang juga sebagai penggagas budidaya Edelweis kepada wartawan Radar Cianjur, Sabtu (18/12).

Acep mengungkapkan sedih melihat dan merasakan Edelweis di puncak Gede Pangrango yang semakin hari terus menyusut populasinya, karena banyaknya para pendaki yang tak bertanggung jawab.

Sehingga Acep berinisiatif untuk membudidayakan Edelweis asli Gede Pangrango itu bersama warga setempat. “Sedih melihatnya ketika Edelweis di Gede Pangrango terus sedikit dan rusak karena keinjak ulah oknum pendaki. Makanya saya izin langsung ke pihak balai TNGGP supaya bunga tersebut bisa dikembangkan terus di lahan yang aman,” terang dia.
Setelah diberi izin, lanjutnya, ia langsung mengambil beberapa tangkai pohon beserta akar Edelweis untuk dibudidayakan kembali di kawasan Camping Ground Bobojong itu.

Alhasil, awal mula ia menanam hingga menyetek dan menyemaikan biji dari Edelweis tersebut, setelah satu tahun berlangsung ia sukses mengembangkan 15 Edelweis dengan subur dan satu pohon berbunga cantik.

“Kini ada 15 Edelweis yang berhasil tumbuh subur. Bahkan saat ini saya dibantu warga setempat dapat menyemaikan kembali benih bunga abadi itu secara baik di lahan sekitar 400 meter,” tuturnya.

Meski begitu, proses budidaya Edelweis ini juga bukan perkara mudah. Pasalnya, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui serta memakan waktu yang cukup lama.

Mulai dari masa pembibitan, penyemaian, pemberian obat dan pupuk hingga panen memerlukan waktu selama hampir satu bahkan dua tahun. “Untuk proses pengobatan dilakukan dua Minggu sekali, sedangkan pemupukan bisa tiga bulan sekali, dan itupun saya selalu gunakan pupuk kandang supaya hasilnya lebih bagus,” katanya.

Atas kerja keras bersama warga Kampung Ading inilah, keberhasilan budidaya Edelweis di dataran yang hanya sekitar 1000 meter lebih di atas permukaan laut (mdpl) ke atas itu, bunga abadi bisa tumbuh secara sempurna.

Meski awalnya ia tak menyangka, dapat menghadirkan suasana baru di kawasan Camping Ground Bobojong tersebut. Padahal sebelumnya, kawasan ini setelah beberapa tahun silam ramai digunakan berkemah hingga tak urus, dan kini dikelola kembali oleh warga, tentunya diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang datang.

“Kalau warga di sini banyak yang sebut saya Mang Acep si Tangan Dewa. Karena katanya selama ini warga sering yang mencoba membudidayakan Edelweis, tapi tak tumbuh, tumbuh. Namun sekarang, Alhamdulillah saya bisa kembangkan bunga abadi ini dengan baik,” ucapnya.(dan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *