Sejarah Tradisi Drumband di Sukabumi, Ajang Gensi Perayaan Kenaikan Kelas

TRADISI KARNAVAL : Drumband grup GMC pada saat melakukan karnaval. (foto : ist)
TRADISI KARNAVAL : Drumband grup GMC pada saat melakukan karnaval. (foto : ist)

SUKABUMI — Sudah menjadi tradisi, ketika acara kenaikan Kelas selalu dibarengi dengan karnaval Drumband  atau yang dikenal ‘Ngarak’ menjadi hiburan tahunan masyarakat Sukabumi. Tradisi ini sudah terjadi puluhan tahun lalu.

Bahkan berdasarkan catatan, tahun 1990an sudah ada nama-nama Drumband yang terkenal mulai dari Drumband dari Cisaat, Drumband dari Cihaur Cicantanyan, Drumband Bantarkaret dan Drumband lainnya sudah eksis sejak dahulu.

Bacaan Lainnya

Awal-awal, Tradisi ini memang muncul di Kabupaten Sukabumi pada moment perayaan kenaikan kelas Madrasah Diniyah (MD) atau sekolah agama anak-anak setelah Sekolah Dasar (SD).

Tidak semua menggunakan, tetapi mayoritas MD yang memiliki tradisi ngarak menggunakan Drumband terbilang banyak. Bahkan, Drumband dari Cihaur Cicatanyan contohnya. Ketika pada masanya, sering dipanggil sampai ke daerah perbatasan Sukabumi-Bogor hingga Bogor.

Salah seorang mantan penggiat Drumband, Ade menyebutkan bahwa sejak dahulu Drumband ini digunakan untuk mengisi karnaval pawai antar kampung. Bahkan, pada masanya terjadi adu gensi antar kampung tentang kekompakannya.

“Sudah lama tradisi ini ada, mungkin dari zaman ayah saya hingga saat ini. Dahulu hanya ada beberapa grup-grup Drumband yang eksist. Bahkan, saking belum banyak seperti sekarang sehari bisa memenuhi panggilan sampai dua lokasi, kalau sekarang sudah menjamur tidak lagi, “jelasnya.

Pada saat waktu kenaikan kelas memang yang memiliki grup Drumband sibuk panggilan ke beberapa lokasi. Sama halnya seperti pada saat ini, panggilan Drumband sering ada, meski tidak terlalu banyak.

Untuk personelnya sendiri merupakan dari kalangan pemuda dan pemudi yang ingin ikut bergabung. Bahkan, setiap tahunnya selalu bergonta ganti beda generasi. Drumband ini hanya dijadikan hiburan saja, bukan semata-mata untuk dijadikan pencaharian. Pasalnya waktu dipakainya hanya setahun sekali.

Grup GMC
Grup Drumband GMC

“Ya meskipun kesini-kesini, ada yang kawinan yang ingin menggunakan Drumband. Tapi, tidak banyak. Karena fokusnya Drumband ini untuk perayaan kenaikan kelas Madrasah saja, “tambahnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, dalam memainkan musik Drumband sendiri memang tidaklah mudah. Diperlukan latihan terlebih dahulu. Selain itu para personelnya harus juga menggemari seni, karena yang dimaikan merupakan lagu dan mars yang sudah baku digunakan.

“Memang dahulu suka ada perlombaan grup-grup Drumband di Kabupaten Sukabumi, namun sekarang tidak lagi, “tukasnya.

Sementara itu, salah seorang pengamat Fery menyebutkan Drumband merupakan sebuah tradisi warga masyarakat yang tentunya harus dijaga. Namun, meski demikian, dalam penggunaanya harus memperhatikan orang lain yang tidak terlalu suka. Misalnya kalau melakukan karnaval di Jalan Raya, tentunya harus ada aturan yang mengatur hal tersebut.

“Kalau saya sih mendukung soal tradisi ini, apalagi dalam dua dan tiga tahun lalu terhenti akibat Covid. Nah, sekarang ahrus ada aturan dari pemerintah agar penggunaan Drumband ini bisa dinikmati dan dirasakan masyarakat dengan tanpa ada yang terganggu akibat karnaval ini. Pada intinya kita harus saling memahami saja, “tandasnya. (hnd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar

  1. Tambahan informasi saja, drumben Cihaur Cantayan itu sudah ada sejak Bapak Saya remaja sekitar tahun 1960 an, Bapak saya sekarang sudah kakek kakek.