Nusantara Baru, Indonesia Maju: Sebuah Refleksi Kemerdekaan

kang-warsa

Oleh Kang Warsa

Setelah “Revolusi Industri”, dunia memasuki babak baru merkantilisme yang membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama politik dan ekonomi. Di Eropa, dua profesi utama, yakni politisi dan pengusaha, menjadi pilihan utama masyarakat. Para politisi bertugas untuk membahagiakan masyarakat melalui kebijakan yang mereka buat, sementara para pengusaha berusaha mencapai prestasi tertinggi dalam hidup mereka.

Bacaan Lainnya

Pada awal abad ke-18, para ekonom dan politisi pragmatis sepakat bahwa “pasar” besar harus diciptakan. Konsensus ini bertujuan untuk meningkatkan semangat merkantilisme dan industrialisasi di negara-negara Eropa. Gereja turut merestui usaha ini, dan akhirnya politik serta ekonomi berfokus pada pemenuhan dua sisi kehidupan, yakni Raja Sentris dan Paus Sentris.

Konsentrasi politik dan ekonomi yang berbasis pada “pasar” ini melahirkan pola baru dalam kegiatan industrialisasi, mengubah fokus usaha domestik menjadi sistem manufaktur yang lebih luas. Kongsi perdagangan besar seperti VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) tidak lagi sekadar mencari emas, tetapi juga mencari bahan baku untuk mendukung sistem manufaktur yang sedang berkembang. Dengan demikian, dunia terbelah menjadi dua, yakni negara-negara imperialis sebagai penjajah dan negara-negara yang terjajah.

Namun, keberhasilan VOC di Nusantara tidak bertahan lama. Kongsi dagang tersebut akhirnya ambruk karena korupsi yang melanda internal perusahaan dan kepelitan para pengusaha. Ambruknya VOC menjadi pelajaran berharga bahwa kekuatan ekonomi yang tidak didasari oleh moral yang kuat akan hancur dengan sendirinya.

Seiring dengan perkembangan globalisasi, dunia memasuki era baru. Meski banyak yang khawatir bahwa globalisasi akan melumpuhkan tradisi dan identitas bangsa, kenyataannya, negara-bangsa tetap bertahan. Bahkan, globalisasi telah melahirkan konsep negara-bangsa yang kuat. Pendirian negara-bangsa di abad ke-16 hingga 19 merupakan hasil dari semangat merkantilisme itu sendiri.

Di Indonesia, pendirian negara-bangsa juga menjadi bagian dari perjalanan panjang perjuangan kemerdekaan. Setelah bertahun-tahun berada di bawah cengkeraman penjajah, Indonesia akhirnya memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945. Kemerdekaan ini bukan hanya sekadar hasil perjuangan fisik, tetapi juga merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia memiliki identitas yang kuat dan mampu mengatasi berbagai tantangan global.

Kemerdekaan Indonesia menjadi jembatan emas menuju masa depan yang lebih cerah. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi, Indonesia terus berusaha membangun negaranya, meskipun tantangan globalisasi semakin besar. Globalisasi bukan lagi dianggap sebagai ancaman, tetapi sebagai peluang untuk memajukan bangsa.

Dalam konteks ini, konsep “Nusantara Baru” menjadi relevan. Nusantara Baru mencerminkan semangat Indonesia untuk terus maju dan berkembang di tengah arus globalisasi. Konsep ini juga menegaskan bahwa Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa memiliki identitas yang kuat dan tidak akan mudah tergerus oleh pengaruh luar.

Untuk menghadapi tantangan globalisasi, Indonesia terus memperkuat kompetensi sumber daya manusianya. Pendidikan, teknologi, dan inovasi menjadi pilar utama dalam membangun Nusantara Baru. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan bahwa Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu bersaing di kancah global.

Kesepakatan ASEAN untuk membangun “pasar regional” adalah salah satu contoh bagaimana Indonesia memanfaatkan globalisasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Dengan fokus pada sektor-sektor unggulan seperti produk berbasis pertanian, elektronik, perikanan, tekstil, otomotif, serta jasa kesehatan dan pariwisata, Indonesia berupaya menjadi pemain utama di kawasan Asia Tenggara.

Namun, Indonesia tidak boleh lengah. Tantangan terbesar yang dihadapi oleh negara-bangsa di era globalisasi adalah menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian identitas budaya. Nusantara Baru harus dibangun dengan prinsip-prinsip keberlanjutan, di mana pembangunan ekonomi tidak mengorbankan kelestarian lingkungan dan budaya lokal.

Dalam konteks ini, penguatan identitas kebangsaan menjadi sangat penting. Pendidikan kebangsaan harus ditanamkan sejak dini, agar generasi muda Indonesia memahami nilai-nilai yang menjadi dasar berdirinya negara ini. Hanya dengan memahami sejarah dan budaya bangsa, Indonesia dapat mempertahankan kemandiriannya di tengah arus globalisasi.

Selain itu, pemerintah juga harus memperkuat tata kelola pemerintahan yang baik. Korupsi yang melanda VOC dan menjadi penyebab kejatuhannya harus menjadi pelajaran penting bagi Indonesia. Pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel adalah kunci untuk memastikan bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi seluruh rakyat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *