Muhasabah Cinta Nabi pada Peringatan Maulid

Dosen Al Islam dan Kemuhammadiyahan

Dosen Al Islam dan Kemuhammadiyahan dan Agribisnis
Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Bulan berganti menuju peringatan hari lahir Baginda Nabi. Sosok manusia terpilih yang menjadi panutan makhluk hidup di seluruh penjuru negeri.

Bacaan Lainnya

Bagaimana tidak, bahkan sifat jujur atau dapat dipercaya Baginda Nabi bisa terdengar dari masa ke masa, sebab Al-Amin menjadi gelar yang telah beliau terima saat usia muda. Beliau tumbuh tidak di dampingi orang tua, atas izin Allah, kita kenang Baginda Nabi sebagai utusan-Nya: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam.

Hari lahirnya Rasulullah Saw. seharusnya bisa membuat kita mempelajari kisah hebat yang telah beliau lewati untuk memperjuangkan agama Allah, dakwah beliau yang tak kenal kata berhenti meski sering kali dicaci maki.

Bayangkan, jika saat itu Rasulullah Saw. memilih untuk tak melanjutkan berjuang, mungkin sejuknya Islam tak akan sampai pada kita semua. Bayangkan, jika saat itu Rasulullah Saw. memilih berhenti, apa jadinya kita hari ini?

Alangkah apa yang telah kita terima seperti halnya mudah dalam beragama, semata-mata tak lepas dari perjuangan Rasulullah Saw., kita hanya perlu melanjutkan langkah beliau dalam menyebarluaskan rahmatan lil ‘alamin (Islam) dengan ujian yang tak seberat saudara kita di belahan bumi lainnya dalam mempertahankan agama Allah, jiwa dan raga yang mereka pertaruhkan, bertahan selama waktu masih memberi usia.

Maka, tak sepatutnya bagi kita umat Islam ketika mengingat Rasulullah Saw. hanya pada hari-hari tertentu saja, mengucap salawat hanya ketika ada hajat, mengaku cinta tetapi tak banyak tahu tentang kisah hebatnya. Bukan itu yang seharusnya kita lakukan.

Namun, menerapkan seluruh isi Al-Qur’an yang beliau serukan kala itu, adalah bukti cinta kita kepadanya yang telah mencintai kita sepanjang masa.

Peringatan atau perayaan maulid Rasulullah Saw. ialah sebagai salah satu upaya besar untuk mengenal panutan besar pembawa agama Islam, beliau adalah pemimpin agung yang berhasil mengubah umat jahiliah menjadi beriman kepada Allah.

Memperingati atau merayakan maulid Nabi, seharusnya tidak hanya seremonial saja, apalagi menjadi ajang gengsi dan “makan-makan” perbaikan gizi. Seharusnya kita senantiasa meneladani sirah Rasulullah Saw., dan menjadikan beliau sebagai teladan dalam kehidupan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (Al-Ahzab ayat 21)

Allah menjamin rahmat dan balasan kebaikan untuk hamba-Nya yang menjadikan Rasulullah Saw. sebagai teladan dalam kehidupan, Rasulullah Saw. bersabda:

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga kalian menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Iman, Bab Hubbur Rasul minal Imaan, no. 14).

Maka, momentum maulid kali ini semoga bisa mengajarkan kita cara merawat dan merajut cinta kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. lalu mengucap salawat di setiap waktu luang, tidak hanya menunggu tahun lahir Rasulullah Saw. datang. ***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *