Para ‘Korban’ Tengil Megawati: Gus Dur, SBY dan Surya Paloh

Megawati Soekarno Putri

RADARSUKABUMI.com – Sikap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang tertangkap kamera enggan bersalaman dengan Ketua Umum Partai NasDem mendapat sorotan publik.

Bahkan, video yang menunjukkan momen tersebut pun viral di media sosial.

Bacaan Lainnya

Hal itu dianggap menunjukkan adanya indikasi adanya perpecahan di kubu koalisi Jokowi-Ma’ruf.

Megawati sebagai politisi perempuan, disebut memiliki keunikan tersendiri dalam mengelola emosi.

Demikian disampaikan analis politik dari Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah dikutip dari RMOL (Radarsukabumi.com grup), Rabu (2/10/2019).

Menurutnya, Megawati tak mampu mengelola emosinya baik di ruang personal maupun ruang publik apabila berseberangan dengan orang lain.

Hal itu telah ditunjukkan putri Presiden pertama Soekarno itu sejak konflik PDI pada era reformasi.

Sikap yang sama juga sudah pernah ditunjukkan putri Proklamator RI, Bung Karno itu di masa sebelumnya.

“Relasi dengan Gusdur, SBY, dan kini mulai tampak dengan Surya Paloh,” ungkap Dedi.

Dengan Surya Paloh, sikap acuh Megawati itu ditunjukkan tidak hanya sekali.

“Sikap Mega yang tidak ramah dalam beberapa kesempatan dengan Surya Paloh, mengindikasikan kuat bahwa keduanya memang berseberangan,” ulasnya.

Yang tak kalah unik adalah, justru sikap 180 derajat ditunjukkan Megawati terhadap Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

“Meskipun publik melihat ada rivalitas, justru keduanya sangat mesra bergandeng tangan,” katanya.

Berdasarkan sejumlah catatan itu, Mega dinilainya tak dapat mengontrol dan menyembunyikan dari amatan publik.

Yakni soal siapa yang ia kehendaki untuk menjadi lawan atau kawan.

Ia meyakini, panasnya hubungan antara Mega dan Surya itu merupakan imbas dari manuver yang dilakukan Surya Paloh.

Dimana saat itu, Surya Paloh menggelar pertemuan dengan semua pimpinan parpol koalisi di Gondangdia, tanpa Megawati.

Hal itu sangat mungkin dilihat Mega sebagai manuver Surya Paloh hendak membangun poros baru di luar PDIP.

“Dan Megawati tentu tidak suka superioritasnya terganggu,” tutupnya.

(jpg/ruh/pojoksatu/izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *