Bertemu Airlangga, Puan Sebut PDIP-Golkar Akan Bentuk Tim Teknis Pemilu

Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, menerima kunjungan Ketua DPD PDI Perjuangan, Puan Maharani di kediamannya di bilangan Jakarta Selatan, Kamis (27/7)/Ist
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, menerima kunjungan Ketua DPD PDI Perjuangan, Puan Maharani di kediamannya di bilangan Jakarta Selatan, Kamis (27/7)/Ist

JAKARTA — PDI Perjuangan dan Partai Golkar Airlangga akan membentuk tim teknis yang bertugas untuk mencari kesamaan kedua partai menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Ketua DPP PDIP Puan Maharani menuturkan, tim teknis ini diharapkan akan membawa kedua partai berlabuh dalam satu kapal pada Pemilu 2024.

“Dari tim teknis itu lah yang akan membahas apa saja yang bisa menjadi persamaan, apa yang harus dicari titik temunya. Sehingga insyaAllah kita nantinya bisa bersama-sama. Anggotanya nanti akan kami pilih,” ujar Puan di kediaman Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Jalan Tirtayasa, Jakarta Selatan, Kamis (27/7).

Bacaan Lainnya

Puan menegaskan, hubungan PDIP dan Golkar sudah berlangsung lama dan harmonis. Bukan hanya dari sisi politik praktis, tapi juga di lembaga legislatif maupun pemerintahan.

“Apa yang kami bicarakan hari ini tentu saja bukan suatu pertemuan pertama kemudian terakhir, namun banyak sekali pertemuan-pertemuan informal yang sudah kami lakukan. Bukan hanya saya saja, tapi teman-teman yang lain dari PDIP dan Partai Golkar,” tuturnya.

Mantan Menko PMK ini menambahkan, dalam penentuan cawapres dari PDIP, hal tersebut tidak lepas dari pertemuan politik dengan parpol-parpol lain. Meski begitu ia mengaku pertemuan kali ini tidak fokus membahas siapa cawapres yang akan mendampingi bacapres PDIP, Ganjar Pranowo.

“Dalam silaturahmi ini kita bisa bertukar pikiran, saling menjajaki keinginan. Bagaimana cita-cita dari setiap partai yang tentunya mempunyai target, strategi, dan cita-cita,” jelas Puan.

“Jadi jangan sampai ada miskomunikasi. Boleh saja kemudian kita berbeda pilihan tapi jangan sampai kemudian membuat komunikasi yang ada itu menjadi terpecah belah. Sehingga kita menjadi satu bangsa itu tidak bisa menjaga persatuan dan kesatuan di pesta demokrasi,” demikian Puan. (*)

Pos terkait