Rangking PISA Jeblok, Kemampuan Literasi Anak Indonesia Disorot

JAWA POS LITERASI: Sejumlah anak membaca buku koleksi dari Bemo Baca milik Sutino (60) bertepatan dengan Hari Aksara Internasional (HAI) di Jakarta, Selasa (8/9/2020).

SUKABUMI – Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda menyebutkan ranking Indonesia di pemeringkatan PISA (Programme for International Students Assessment) berada di posisi buncit. Kemampuan literasi anak-anak di Indonesia pun menjadi sorotan.

“Posisi PISA itu mengukur kemampuan anak-anak sekolah di bidang numerasi dan literasi. Kita masih di peringkat ke-75 dari 78 negara di seluruh dunia,’’ katanya dalam diskusi virtual bertajuk Peran Perpustakaan Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Saat Pandemi, Jumat (6/11).

Bacaan Lainnya

Menurut Huda, salah satu elemen yang dinilai dari pemeringkatan PISA itu adalah literasi. Karena itu, literasi harus dijadikan agenda utama dalam pembangunan kedepannya. Sebab, banyak anak bisa membaca. Tetapi tidak mengerti apa makna di balik tulisan yang dibaca itu.

Dalam konteks pemahaman bacaan itu, dia mengakui Indonesia memang masih tertinggal. Untuk itu harus ada jalan keluar untuk mengatasinya. Diantaranya adalah dengan gerakan literasi yang dijadikan sebagai arus utama pembangunan oleh pemerintah dan masyarakat ke depan.

“Di tingkat pemerintah, kita dorong Kemendikbud mengambil peran lebih,” katanya.

Selain itu Perpustakaan Nasional (Perpusnas) bersama jaringan perpustakaan daerah juga harus ikut andil meningkatkan literasi tersebut. Bagiya literasi harus dijadikan sebuah kebutuhan yang maha penting.

Politikus PKB itu menjelaskan, rendahnya literasi bukan berarti seluruh anak-anak di Indonesia tidak mau membaca. Tetapi juga terkait dengan akses anak-anak untuk bisa membaca buku. Menurutnya akses anak-anak terhadap perpustakaan atau buku, khususnya di daerah 3T masih rendah.

“(Di daerah 3T, Red) pegang buku itu jadi barang yang langka,” katanya.

Kondisi ini harus diatasi secepatnya. Supaya gerakan meningkatkan literasi juga menyentuh ke daerah-daerah 3T.

Huda juga mendukung upaya Perpusnas bekerjasama dengan Kementerian Desa. Diantara wujud dari kerjasama itu adalah kewajiban pengalokasian dana desa untuk sarana perpustakaan di desa-desa. Dengan demikian akses anak-anak untuk membaca buku semakin mudah.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi mengatakan perpustakaan memiliki banyak peran. Fungsi literasi juga terkait dengan menumbuhkan kecakapan dan keterampilan. Tujuannya agar bisa memenuhi kebutuhan terhadap pengetahuan maupun kesejahteraan masyarakat.

“Perpustakaan juga bisa digunakan sebagai tempat kelas pembelajaran bagi semua lapisan masyarakat. Sebab literasi memiliki kontribusi yang positif dalam rangka membantu menumbuhkan kreativitas, inovasi meningkatkan keterampilan, dan kecakapan sosial,” jelasnya. (hil/sri)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *