Kemendikbud Luncurkan Program Up-skilling dan Re-skilling Untuk Guru SMK

JAKARTA – Kesempatan menarik ditawarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk para guru SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Tahun ini, Kemendikbud membuka kesempatan bagi 2.160 guru untuk mengikuti Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK. Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto mengungkapkan, dengan perkembangan teknologi di industri yang cepat, SMK harus mampu beradaptasi dengan pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual dengan industri.

Salah satunya, dilakukan melalui skema pembelajaran project by learning atau bring industry to school.

Bacaan Lainnya

“Meski pembelajaran SMK tetap 60 persen mengedepankan praktik, tetapi seluruh mata pelajaran baik praktik maupun teori dikontekstualisasi dengan kondisi real di industri,” kata Dirjen Wikan pada Webinar Peluncuran Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK dan Bantuan Pemerintah Bidang Kemitraan dan Penyelarasan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), Selasa (30/6).

Guru SMK, lanjutnya, tidak hanya mengajar, tetapi juga sebagai mentor, fasilitator, motivator, dan coach yang dapat mengubah nobody menjadi seorang superstar.

Juga harus mampu membangkitkan anak menjadi kompeten setelah lulus SMK, baik secara prestasi, leadership, ability, dan kemampuan komunikasi. Mantan Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menjelaskan, pelaksanaan Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK didasarkan pada pemetaan empat bidang cluster center of excellence (CoE) SMK.

Meliputi bidang manufaktur dan konstruksi, ekonomi kreatif, hospitality, dan care service. Pemilihan CoE tersebut telah mempertimbangkan tren perkembangan industri dan kapasitas penyerapan tenaga kerja.

Secara total, terdapat 21 kompetensi keahlian di SMK yang masuk dalam kriteria program ini. Program Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK akan dilakukan secara online learning dan blended learining sesuai dengan kompetensi dan keterampilan kejuruan yang akan dicapai guru.

Pelatihan selama 2-4 bulan ini terbuka bagi guru SMK yang memiliki usia di bawah 50 tahun dan memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).

Sementara untuk informasi lebih lengkap mengenai persyaratan dapat diakses melalui laman Kemendikbud.

“Up-skilling dan Re-skilling Guru Kejuruan SMK merupakan program yang sangat signifikan untuk mendukung pernikahan massal dengan dunia industri.

Kami sedang merancang kurikulum SMK yang baru, yakni lebih simpel dan match karena disusun bersama industri.

Kurikulum ini mencakup pemenuhan kompetensi hard skill dan soft skill secara seimbang,” tutur Dirjen Wikan.

Pada kesempatan sama Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri juga meluncurkan bantuan pemerintah ke SMK, yakni meliputi fasilitasi pembentukan pusat karir siswa/bursa kerja khusus (BKK) SMK untuk 80 SMK. Kemudian fasilitasi kemitraan dan penyelarasan SMK dengan DUDI bagi 60 SMK. Juga fasilitasi pembentukan tempat uji kompetensi (TUK) SMK berstandar industri bagi 100 SMK.

Sementara pada sesi talkshow, Wakil Ketua Komite Tetap Pelatihan Ketenagakerjaan KADIN Indonesia, Miftahudin mengatakan, penguatan ekosistem menjadi salah satu keberhasilan dari “Pernikahan Massal” pendidikan vokasi dengan DUDI. Menurut dia, setiap sektor industri sendiri memiliki ritme yang berbeda-beda.

“Laju perubahan setiap industri tidak sama karena itu dalam penyiapan SDM perlu juga untuk menguatkan ekosistem pendukungnya. Ekosistem ini dalam bentuk lembaga dan cara kerja. Diharapkan dengan ekosistem yang kondusif, mampu menjawab tantangan di dunia kerja,” terangnya.

Miftah juga menjelaskan saat ini industri membutuhkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk belajar (ability to learn). Artinya, para lulusan SMK dituntut untuk bisa beradaptasi dari satu keahlian ke keahlian lainnya.

Senada itu, Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI, Ahmad Saufi menambahkan, pihaknya telah membentuk Forum Pengarah Vokasi (FPV) sebagai komitmen untuk membangun ekosistem kemitraan yang baik antara pendidikan vokasi dengan DUDI.

“Fungsi untuk membangun ekosistem ini sudah ada di Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI. Kita harus membangun kerja sama yang berbasis simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan.

Namun selain menguatkan kemitraan ini, saya juga ingin berpesan kepada para siswa agar mau belajar berbagai jenis skill, termasuk bahasa dan menambah pengalaman melalui kegiatan yang bermanfaat,” pungkas Saufi. (esy/jpnn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *