IPR : Mensos Risma Lebih Baik Mundur Saja Dari Pada Marah-marah di Publik

Tri Rismaharini
Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini/Net

JAKARTA — Menyikapi sengkarut data penerima Program Keluarga Harapan (PKH) di Gorontalo, Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini, memilih marah-marah hingga menunjuk-nunjuk dan menghampiri pegawai dinas sosialsetempat pada Kamis (3/9).

Melihat sikap temperamen Risma yang sudah dipertontonkan berkali-kali ke publik, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komaruddin menyayangkan sikap seorang Mensos yang bukan malah memberikan pemikiran solutif atas masalah pendataan yang ada, justru terus memperlihatkan kemarahan.

Bacaan Lainnya

“Marah-marah itu hanya akan membuat orang tidak simpati padanya,” kata Ujang Komarudin kepada Kantor Berita Politik RMOL (jaringan radar sukabumi), Sabtu siang (2/10).

Ujang menyarankan Risma untuk mundur dari jabatannya. Sebab menurutnya, seorang menteri yang menaungi banyak pejabat teknis di bawahnya, sepatutnya bisa menyelesaikan persoalan data PKH dengan solusi parktis yang lahir dari pemikirannya.

“Jika hanya bisa marah-marah lebih baik mundur dari Mensos saja. Karut-marut soal PKH dan lain-lain itu tidak mungkin bisa beres dan selesai dengan cara marah-marah,” tuturnya.

Lebih lanjut, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia ini memandang aksi marah-marah sudah usang, jika orientasinya hanya untuk mendongkrak popularitas.

Di sisi lain, gaya politik marah-marah ala Risma, menurut Ujang juga akan ditafsirkan berbeda oleh publik. Yaitu dia dianggap tidak mampu menyelesaikan persoalan.

“Marah-marah tanda tak mampu, tak mampu bekerja dengan baik. Pemimpin itu bukan marah-marah, tapi memberi keteladanan,” pungkasnya.

Beredar sebuah video di Media Sosial (Medsos) Menteri Sosial Tri Rismaharini marah-marah lagi saat rapat bersama sejumlah pejabat di Gorontalo, Kamis (30/9) lalu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *