Menuju RS Syariah, Antara Peluang dan Tantangan

Bismillahirrahmaanirrahim, Assalamu’alaikum wr.wb.

Berbicara industri atau bisnis syariah, khususnya di Indonesia, mungkin rumah sakit ketinggalan start dibanding dunia perbankan. Bahkan tren yang tidak bisa dibantah industri syariah juga sudah mulai merambah dunia bisnis real seperti hotel dan supermarket.

Indonesia jelas menyimpan peluang besar bisnis syariah karena merupakan negara mayoritas muslim. Kaum muslimin akan memanfaatkan institusi pelayanan yang memperhatikan dan sekaligus mementingkan kebutuhan pemenuhan aspek religiusitasnya.

Bacaan Lainnya

Seiring peran dan fungsi MUKISI yang terus menggelorakan semangat “hijrah pelayanan” dalam kontek perumahsakitan, term dan gema rumah sakit syariah sebenarnya sudah lama mengemuka dalam forum-forum ilmiah lintas skala, yaitu rumah sakit yang dalam seluruh praktik pelayanannya berdasar kepada prinsip-prinsip syariah merujuk fatwa DSN MUI nomor 107/DSN-MUI/X/2016 bahwa semua ketentuan umum dan akad rumah sakit syariah wajib selaras dengan konsep maqashid al-syariah al-Islamiyyah (tujuan syariah Islam) yaitu hifdh ad-diin, hifdh an-nafs, hifdh an-nasl, hifdh al-aql dan hifdh al-maal dengan satu tambahan hifdh al-biah.

Dalam ranah pelayanannya rumah sakit syariah juga wajib mengimplementasikan nilai-nilai nubuwwah yang mulia yaitu shidiq, amanah, fathonah dan tabligh serta rumah sakit juga berperan sebagai sarana dakwah (bil hal ; perilaku).

Sejalan dengan maksud mulia di atas, rumah sakit Islam Assyifa Sukabumi telah, sedang dan akan terus tampil di garda terdepan meretas jalan ; berbenah mengambil peluang serta menjawab semua tantangan pada era persaingan pasar (pelayanan) global ini khususnya di Sukabumi.

Peluang ini semakin terbuka bukan semata faktor modal sosial masyarakatnya, tapi Rumah sakit Islam Assyifa adalah rumah sakit swasta pertama (berdiri sejak 1967) dan satu-satunya rumah sakit yang berlabel keagamaan Islam. Tampil menjadi pionir adalah keniscayaan.

Inilah ruh dalam komitmen seluruh unsur pemangku struktural maupun fungsional baik di jajaran manajemen maupun pelayanan.

Rumah sakit syariah hakikatnya eksis karena peran dan tugas pengabdiannya terhadap fithrah kemanusiaan yaitu mengawal manusia dari semenjak kelahiran sampai wafatnya agar tetap dalam keyakinan tauhidullah.

Karenanya, menjadi sebuah keniscayaan bahwa dalam dwi perannya sebagai da’i atau da’iayah-nya, seorang karyawan/ti di rumah sakit syariah baik sebagai dokter, perawat, bidan dan lainnya juga wajib memiliki pengetahuan keagamaan yang baik.

Seiring gema rumah sakit syariah di Indonesia, kini eksistensinya telah menjadi –semacam, oase baru di tengah romantisme serta labelisasi pola dan tata kelola rumah sakit ber-madzhab maghribi sebagai alternatif pencarian fasyankes yang mengutamakan pelayanan berbasis spiritual, sehingga kebutuhan jasmani dan rohaninya dapat terfasilitasi secara beriringan, semoga…

Walhamdu lillah tsumma wallahu a’lam…

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *