Mengulas Perjalanan Kota Sukabumi

SUKABUMI–Siapa sangka Kota Sukabumi yang cikal bakalnya merupakan kawasan perkebunan kopi ini ternyata pernah menjadi daerah yang penduduknya didominasi oleh bangsa Eropa. Dalam perjalanan sejarahnya, proses pembangunan Kota Sukabumi sudah terjadi sejak masa penjajahan. Hasilnya, terdapat delapan bangunan tertua yang hingga kini masih berdiri berfungsi dan megah.

Laporan Tony Kamajaya, SUKABUMI

Bacaan Lainnya

Pada zaman penjajahan Belanda, pertumbuhan populasi bangsa barat di wilayah Kota Sukabumi terbilang melaju secara pesat. Karena jumlah penduduk kian membengkak, Kota Sukabumi pun akhirnya ditetapkan sebagai Kotapraja, tepatnya pada 1 April 1914.

Sejak menyandang status sebagai kotapraja, Kota Sukabumi pun berubah menjadi daerah berkembang. Hal ini ditandai dengan didirikannya sejumlah bangunan yang ditujukan untuk menunjang aktifitas bangsa Eropa.

Berdasarkan sumber data rujukan Radar Sukabumi, setidaknya ada delapan bangunan yang didirikan di Kota Sukabumi sepanjang perjalanan kolonial Belanda hingga ke penjajahan Jepang.

Kedelapan bangunan tertua yang kini kondisinya masih tetap berfungsi dan berdiri kokoh itu antara lain Soekaboemi Treinstation (Stasiun Sukabumi); Moskee te Soekaboemi (Masjid Agung); Pinkstergemeente (Gereja Pantekosta); Rooms-katholieke kerk (Gereja Katolik Santo Yoseph); Bethelkerk (Gereja Bethel); Bataksche kerk (HKBP Pasundan); Onderstation Lemboersitoe (Gardu induk Lembursitu) dan Politieschool (Sekolah Pembentukan Perwira Polri ).

Selain delapan gedung tersebut, Kota Sukabumi juga masih memiliki aset berharga yang telah menjadi saksi perjalanan pembangunan daerah dari masa ke masa. Tak lain adalah ratusan pohon yang hingga saat ini berdiri tegak di sepanjang lintasan utama Kota Sukabumi. Usia pepohonan tersebut telah mencapai ratusan tahun lamanya.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi jumlah pohon yang merupakan aset pemerintah daerah tercatat 3.628 pohon. Rata-rata usianya sudah di atas 30 tahun dengan ketinggian di atas 15 meter.

Karena dimakan usia, pepohonan ini pun berpotensi rawan mengalami tumbang yakni di antaranya berada di Jalan Suryakencana, RE Martadinata, R Syamsudin SH, Ir H Juanda (Dago), serta Siliwangi.

Wakil Ketua DPRD Kota Sukabumi Tatan Kustandi menerangkan keberadaan gedung tua serta pepohonan berusia renta telah menjadi potret perwajahan daerahnya versi tempo doeloe. Keberadaannya sangat penting mengingat seluruh gedung dan pepohonan tersebut menjadi saksi sejarah perjalanan pembangunan wilayah Kota Sukabumi.

“Sampai saat ini beberapa gedung tua masih tetap dibiarkan atau mempertahankan gaya arsitekturnya yang telah tua. Adanya gedung serta pepohonan yang hingga kini masih tetap terawat, sangat penting sebagai bukti lahirnya daerah dan perjalanan pembangunan bagi generasi yang akan datang,” jelas Tatan. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *