Kisah Stephen Langitan Bermotor Sendirian dari Jakarta ke London

Selain berusaha menghindari perjalanan saat hari mulai gelap, Stephen merasa perlu mengatur strategi menghemat stamina. Serbuan kantuk dan hawa yang relatif berubah secara ekstrem tentu sangat menantang bagi tubuh Stephen yang berusia setengah abad tersebut.

Sebagai solo rider, Stephen mengaku sudah bersiap menginap di mana saja. Dia membawa serta peralatan berkemah seperti tenda, kursi lipat, dan kompor kecil.

Namun, karena menginap di pinggir-pinggir jalan tak semudah yang dibayangkan, Stephen lebih banyak menghabiskan waktu istirahatnya di rest area atau menyewa penginapan jika di daerah tersebut ada yang menyediakan.

’’Kenapa tidak tidur sembarangan? Pertama karena izin. Lalu, kedua, penting untuk bisa beristirahat di tempat yang proper untuk memulihkan stamina,’’ ungkapnya.

Saat berada di salah satu wilayah Pakistan, dia membutuhkan dokumen No Objection Certificate alias NOC. Secarik dokumen wajib itu lebih terdengar seperti surat deklarasi siap mati. Sebab, dokumen tersebut menegaskan bahwa pemerintah Pakistan tak bertanggung jawab jika ada kejadian yang tak diinginkan.

Misalnya, menjadi korban penembakan hingga terluka bahkan meninggal. Sebab, rute yang dilalui Stephen adalah rute rawan konflik. ’’Tetapi, saya tetap mendapat pengawalan,’’ kenangnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *