SUKABUMI – Harga buah dari tumbuhan vanili (vanila planifolia) kembali melejit. Harganya meningkat hampir 100 persen dari 2019 lalu. Kini, harga kering tanaman penghasil bubuk vanili itu mencapai Rp 4 juta perkilogramnya.
Yosep Irawan, salah satu penjual bubuk vanili mengatakan, harga Rp 4 juta perkilogramnya tersebut untuk vanili kering grade A dengan kadar air kurang dari 35 persen. Sedangkan untuk grade B harganya Rp 2,5 juta dan untuk grade c sekitar Rp 1,3 juta.
“Tergantung kualitasnya juga, kalau barangnya padat berisi (grade A) berukuran 16 sampai 20 centimeter bisa mencapai Rp 4 juta namun untuk yang campuran (grade c) sekitar Rp 1,3juta, kata Yosep, Jumat (2/10/2020).
Belum diketahui secara pasti penyebab dari kenaikan harga yang hampir mencapai 100 persen itu. Namun, Yosep menduga karena sedikitnya barang yang tersedia. Saat ini daerah penghasil vanili terbesar di Sukabumi yakni Kecamatan Sagaranten sudah tidak produktif.
“Mungkin persediaannya mulai berkurang karena sudah dipanen lebih awal. Sedangkan waktu ideal untuk panen jika vanili sudah berusia 9 bulan,”jelasnya.
Selain itu, lanjut Yosep, faktor lain penyebab naiknya harga bahan bumbu dapur itu karena tidak ada turut campur pemerintah dalam menetapkan harga. Hal itu terbukti dengan kenaikan harga setiap tahunnya.
“Selama ini kan tidak ada ketentuan harga yang pasti untuk vanili. Jadi, jika ada yang mempermainkan harga tidak terkontrol. Kalau saya sih mengikuti harga dari petani saja. Jika naik ya saya jualnya naik juga,”ujarnya.
Meskipun demikian, lanjut Yosep, dirinya tidak mendapatkan kesulitan dalam menjual vanili. Dirinya masih bisa mendapatkan keuntungan dalam penjualan vanili meskipun tipis. “Ya kalau saya sih yang penting ada keuntungan lebih dari harga modalnya. Saya biasa menjual ke Amerika dan Brazil,”pungkasnya. (upi/d)
