Aturan Pajak Rumah Mewah Dirombak, Kini Lebih Longgar

RADARSUKABUMI.com – Pemerintah merombak aturan perpajakan di sektor properti. Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk rumah di bawah harga Rp 30 miliar dihapus.

Sebelumnya, PPnBM dikenakan untuk properti mulai harga Rp 10 miliar dengan tarif 20 persen. Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 86/2019 tentang Perubahan atas PMK No 35/2017 tentang Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain Kendaraan Bermotor yang Dikenai PPnBM.

Bacaan Lainnya

Objek pajak yang dibebaskan dari PPnBM itu mencakup rumah, apartemen, kondominium, dan lain-lain. Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo mengatakan, pelonggaran pajak tersebut bagus untuk mendorong sektor properti.

Sebelumnya, pasar properti untuk konsumen menengah ke atas kurang bergairah dibanding segmen lainnya. Sebab, konsumen menghindari pembelian rumah yang harganya di atas Rp 10 miliar.

“Masih banyak orang takut ada profiling dari kantor pajak. Mereka tidak mau datanya dicatat negara kalau bayar PPnBM sehingga mereka beli rumah yang harganya di bawah Rp 10 miliar,” ujarnya, Rabu (19/6).

Pras menambahkan, pengembang juga bakal diuntungkan dengan adanya pelonggaran pajak tersebut. Sebab, pembelian rumah baru di atas Rp 10 miliar selama ini dikenai PPnBM, sedangkan pembelian rumah bekas tidak. Akibatnya, konsumen lebih tertarik membeli rumah di pasar sekunder ketimbang di pasar primer.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan, pelonggaran pajak akan membantu mendorong pertumbuhan. Hal tersebut perlu dilakukan di tengah perang dagang yang semakin memanas.

Sebab, masing-masing negara mengalami tantangan yang harus bisa diatasi akibat adanya masalah itu. “Nah, properti itu mempunyai multiplier effect yang besar terhadap perekonomian,” ucapnya.

Sementara itu, potensi properti di Malang meningkat seiring rampungnya sejumlah proyek infrastruktur. Presiden Direktur PT Ciputra Residence Budiarsa Sastrawinata mengatakan, cuaca, lokasi, dan pendidikan yang mencukupi juga menjadikan faktor yang mendorong banyak masyarakat yang tertarik untuk menetap di Malang.

“Sebetulnya Malang dari dulu sudah banyak peminatnya, namun penunjangnya belum cukup,” imbuhnya, Rabu (19/6).

Adanya jalan tol yang terhubung ke Malang memperluas potensi pasar. Minat investor terus meningkat setelah adanya jalan tol.

“Sampai saat ini penjualan CitraGarden City Malang positif,” katanya. Pada semester I 2019, tercatat penjualan CitraGarden City Malang hampir mencapai 50 persen dari target.

(jpc/izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *