Situs Batu Kujang Ditemukan di Gunung Manglayang

Tim Arkeolog dari Balai Arkeologi Jawa Barat bersama Yayasan Cagar Budaya Nasional Pojok Gunung Kekenceng Sukabumi, saat meneliti situs bersejarah berupa batu kujang di kawasan Gunung Manglayang, Desa Selawangi, Kecamatan Sukaraja.

SUKABUMI – Penemuan situs bersejarah berupa batu kujang di kawasan Gunung Manglayang, Desa Selawangi, Kecamatan Sukaraja, kini memantik perhatian sejumlah kalangan. Salah satunya adalah Ketua Yayasan Cagar Budaya Nasional Pojok Gunung Kekenceng Sukabumi, Tedi Ginanjar.

Dia mengatakan, penemuan batu yang menyerupai kujang itu, kali pertama diketahui saat dilakukan survey penghijauan lingkungan di sekitaran kaki Sungai Cipangawin dan Sungai Ciganda di sekitar lereng Gunung Malang dan Manglayang.

Bacaan Lainnya

“Secara tidak sengaja, kami menemukan beberapa menhir atau batu nangtung di pinggir sungai Cipangawin. Kemudian setelah ditelusuri ke tempat lain dan bertanya kepada penduduk Kampung Cipurut, Desa Selawangi Kecamatan Sukaraja, ternyata ada batu kujang setinggi kurang lebih 0,5 meter yang terbuat dari batu andesit,” kata Tedi kepada Radar Sukabumi, Minggu (22/11).

Pihaknya mengaku, tidak mengetahui secara pasti soal batu kujang tersebut, telah dibuat pada saat zaman dan tahun berapa. Sebab tidak ada metadata atau tulisan disekitar batu kujang tersebut. Namun, jika merunut pada sejarah zaman kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, ada kemungkinan bahwa batu kujang tersebut merupakan batas dua kerajaan Sunda dan Galuh.

“Tetapi menurut beberapa narasumber di lokasi situs batu kujang, banyak yang mengatakan bahwa batu kujang itu, adalah sebuah prasasti Raden Surya Kresna yang dibuat setelah membuat sebuah tempat persembahyangan atau kuil di pasarean Ganda Perwangi di puncak Gunung Manglayang,” imbuhnya.

Menurut Budi Dalton Dosen Fakultas Sejarah Universitas Pajajaran Bandung, sambung Tedi, kujang itu identik dengan simbol kedaulatan sebuah negara. Maka bila situs batu kujang tersebut dianggap sebagai simbol kedaulatan, bisa jadi bahwa situs ini, merupakan suatu batas teritorial sebuah kerajaan.

“Akan tetapi, jika situs batu kujang itu adalah sebuah tanda adanya Salaka Arca Domas, maka persepsinya sudah lain. Sebab apabila benar di Gunung Manglayang ada Arca Domas atau Lalayang Salaka Domas atau Arca dari Emas, berarti di Gunung Manglayang itu ada sebuah kuil pemujaan kepada Sanghyang Tunggal dan mungkin ada Arca dari emas,” timpalnya.

Banyaknya batu-batu zaman megalithikum yang berada di kawasan tersebut, besar kemungkinan Gunung Manglayang dahulunya seperti Gunung Padang Cianjur. Karena dipuncak Gunung Manglayang banyak ditemukan batu-batu nangtung seperti di Gunung Padang, hanya mungkin sekarang ini sudah tertutup oleh tanah dan rerumputan juga tanaman perdu berduri.

“Pada 22 sampai 23 September 2017, pernah dilakukan penelitian mengenai situs batu nangtung atau menhir di puncak Gunung Manglayang oleh Tim Arkeolog dari Balai Arkeologi Jawa Barat. Dan hasilnya cukup mencengangkan. Ternyata dipuncak Gunung Manglayang terdapat batu-batu yang diperkirakan seusia atau sejaman dengan Gunung Padang Cianjur,” paparnya.

Untuk itu, perlu penelitian lebih lanjut oleh Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi. “Karena ini bisa menjadi destinasi wisata sejarah zaman purba yang baru selain Gunung Padang Cianjur,” pungkasnya. (Den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *