Sikap Heran Bupati Sukabumi Tanggapi Kasus Anak Bunuh Ibu, Kenapa Bisa Begini 

DIWAWANCARAI : Bupati Sukabumi, Marwan Hamami saat diwawancarai Radar Sukabumi, di Gedung Negara Pendopo Sukabumi, Jalan Raya Ahmad Yani, Kota Sukabumi.(FOTO : DENDI/RADAR SUKABUMI)
DIWAWANCARAI : Bupati Sukabumi, Marwan Hamami saat diwawancarai Radar Sukabumi, di Gedung Negara Pendopo Sukabumi, Jalan Raya Ahmad Yani, Kota Sukabumi.(FOTO : DENDI/RADAR SUKABUMI)

SUKABUMI – Kasus pembunuhan yang dilakukan oleh R (26) terhadap ibu kandungnya sendiri, di wilayah Kampung Cilandak, Desa Sekarsari, Kecamatan Kalibunder, Kabupaten Sukabumi, pada beberapa waktu lalu, membuat heran bupati Sukabumi Marwan Hamami.

Terlebih, saat melihat wajah Heran dia menilai tak menunjukkan wajah sangar.

Bacaan Lainnya

“Saya juga bertanya-tanya kenapa bisa begini, pas lihat anaknya kelihatan muka-muka kaya culun, pendiam gitu, euweuh beungeut (tidak ada wajah) sangar. Tapi kita sudah minta untuk ada pendampingan psikologis,” kata Marwan kepada Radar Sukabumi pada Jumat (17/05).

Marwan menilai, salah satu faktor anak berani melakukan hal tersebut karena kurangnya pendidikan agama. Padahal, kata dia, di Kecamatan Kalibunder terdapat banyak pondok pesantren dan ulama.

“Wallahu’alam itu bisa sampai seperti itu, di Kalibunder pendidikan agama sih jalan, ini faktornya kita sedang pelajari hari ini. Piraku budak ciga kieu (masa anak seperti ini) tapi da itu, ketika dia berkeinginan apakah ada provokatornya harus ada motor, gaul dengan temannya harus ada motor tapi itu sedang kita pelajari,” ujarnya.

“Pendidikan agama di situ kuat, kalau pendidikan formal mungkin saya juga ngerti lah, tapi kan ini pesantren artinya pendidikan agamanya juga pasti lebih dari yang lain, soalnya kan Kalibuder ada Al-Haman, pesantren almarhum Nasihin, ada ajengan Baden, ketua MUI juga di situ,” sambungnya.

Ditanya soal upaya pencegahan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Marwan mengatakan, pencegahan harus dilakukan berbagai pihak. Tak hanya itu, lingkungan juga sangat berpengaruh pada psikologi dan pergaulan anak.

“Pencegahan mah harus semua, orang tua dan guru-guru, lingkungan, ayeuna budak SMA kelas 1 atau SMP kelas 3 wani ngabacok, kumaha eta? Da pasti indung bapak na mah moal ngajarkeun, (sekarang anak SMA kelas 1 atau SMP kelas 3 berani membacok, gimana itu? Pasti orang tuanya tidak mengajarkan) tapi karena lingkungannya,” kata dia.

Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk mendidik anak sesuai zaman. “Makanya Rasul meyakinkan lewat Khalifah Ali didiklah anak sesuai dengan zamannya, itu. Teu bisa disaruakeun zaman orang leutik jeung budak ayeuna (tidak bisa disamakan zaman kita kecil dengan anak sekarang),” tambah Marwan.

“Pengen handphone saja bisa, ini apalagi motor, Kalibunder hayang motor cungcreng, pan moal mungkin atuh (mau motor tinggal beli, kan tidak mungkin). Di tempat lain saja orang menjual tanah dulu untuk beli motor, kita juga kan berpikirnya realistis saja bisa,” pungkasnya. (den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *