Begini Curhatan Siswa di Masa Pandemi Covid-19

ILUSTRASI: Siswa saat mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka di masa pandemi. (Imam Husein/Jawa Pos)

JAKARTA, RADARSUKABUMI.COM – Pandemi Covid-19 yang tidak terduga menyebabkan para siswa, guru, dan orang tua mengalami kendala karena ketidaksiapan dalam melakukan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Seperti yang dirasakan oleh Afifah Muthiah Unga Waru, siswa kelas 10 di SMAN 1 Soppeng, Sulawesi Selatan.

Dia menjadi satu dari jutaan siswa di Indonesia yang dituntut untuk tetap bersekolah di tengah berbagai keterbatasan selama pandemi. Bersama Ruangguru, dia pun mengungkapkan berbagai keresahan dalam menjalani PJJ. Pertama adalah sulit berinteraksi aktif dengan guru.

Sebagai anak yang terbilang aktif saat melakukan pembelajaran langsung di kelas, perubahan interaksi dalam pembelajaran daring merupakan salah satu hal yang membuat sejumlah siswa kesulitan.

“Dia merupakan anak yang tergolong aktif saat pembelajaran di kelas. Dia kerap kali merespon berbagai pertanyaan yang dilontarkan guru dan juga melakukan presentasi di kelas. Selama melaksanakan pembelajaran daring, Unga merasa kesulitan untuk berinteraksi langsung secara aktif dengan guru karena seluruh pembelajaran dilakukan menggunakan gawai,” terang Corporate Communications Ruangguru Reza Marta Fawzy dalam keterangan tertulis, Jumat (8/1).

Keresahan lainnya adalah tidak dapat bertemu teman baru, dengan sistem PJJ ini memaksa para siswa yang dituntut untuk dapat bersekolah secara individu dari rumah. Segala interaksi baik dengan guru dan juga teman dilakukan secara tidak langsung atau secara daring.

Sebagai siswa kelas 10 SMA, Unga yang baru saja masuk ke jenjang pendidikan baru tentunya memiliki perubahan lingkungan dan perubahan teman sebayanya. Hal ini menjadi salah satu yang sangat disayangkan karena dia harus berkenalan dan juga berinteraksi dengan teman barunya hanya melalui gawai.

“Dia belum pernah bertemu dengan teman barunya dan juga tidak dapat belajar serta berdiskusi secara tatap muka,” terang dia.

Begitu pula dengan kesulitan akses jaringan internet, bukan hanya Unga, namun juga di berbagai daerah Indonesia mengalami hal serupa. Untuk Unga, buruknya jaringan internet di dalam rumah membuatnya harus keluar rumah untuk mengumpulkan tugas melalui internet.

“Biasanya, Unga hanya perlu ke depan halaman rumah atau harus berjalan kaki sejauh 50 meter ke sekitar masjid. Terkadang ia harus ke kebun dengan durasi tempuh 10 menit dari rumahnya dengan menggunakan kendaraan motor,” imbuh Reza.

Lalu, permasalahan lainnya adalah jenuh dalam menghadapi gawai terlalu lama. Kejenuhan serta diiringi sakit mata, dialami Unga apabila terlalu lama berhadapan dengan handphone selama sekolah daring.

Selain itu, ada ketidakseimbangan dalam pemberian tugas, di mana waktu belajar minim, namun tugas menumpuk. Dengan dilakukannya sistem pembelajaran secara daring, para guru juga mengalami kesulitan dalam proses penyampaian materi pelajaran.

“Unga berkata bahwa ini menjadi hambatan juga karena materi menjadi lebih sulit untuk dipahami dan banyaknya tugas membuat Ia kewalahan dalam belajar,” jelasnya.

Berbagai kendala tersebut membuat anak dan juga orang tua harus dapat memikirkan strategi dan mencari alternatif pembelajaran lain yang dapat digunakan untuk membantu para siswa untuk belajar. Dengan berbagai fiturnya, Ruangguru dapat menjadi alternatif atas kekhawatiran orang tua terhadap pendidikan anak saat PJJ.

“Ruangguru menyajikan video belajar beranimasi dengan ribuan latihan soal dan rangkuman di ruangbelajar,” pungkas Reza. (sai)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *