Harga Kolang Kaling Naik

kolang kaling

RADAR SUKABUMI — Memasuki bulan suci Ramadhan, harga kolang-kaling di pasar tradisional Panggeleseran, Desa Kertaraharja, Kecamatan Cikembar, merangkak naik, Rabu (29/4).

Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Sukabumi, dari kalangan produsen pasar tradisional tersebut, harga kolang-kaling naik dari Rp10 ribu per kilogram menjadi Rp15 ribu per kilogram. Kenaikan harga tersebut, dipicu dengan permintaan pasar terhadap komoditas yang menjadi bahan makanan favorit untuk berbuka puasa.

“Kenaikan harga kolang-kaling ini, bermula saat awal Ramadhan.

Memang kalau pada suci Ramadhan, harga kolang kaling pasti akan naik seiring dengan banyaknya permintaan,” jelas Acep (25) seorang pedagang kolang-kaling di Pasar Tradisional Panggeleseran, kepada Radar Sukabumi, Rabu (29/4).

Selama Ramadan sambung Acep, buah kolang-kaling selalu diburu oleh masyarakat. Tak heran jika pedagang musiman selalu bermunculan saat bulan suci tersebut. Bahkan, dirinya mengaku dalam setiap harinya bisa meraup keuntungan yang cukup lumayan jika dibandingkan dengan hari biasanya.

“Selama Ramadan ini, setiap harinya saya bisa menjual kolang-kaling antara 50 kilogram sampai dengan 100 kilogram dengan harga Rp15 ribu per kilogramnya. Kalau hari biasanya, paling juga habis 40 kilogram,” paparnya.

Sementara itu, seorang warga Kampung Awileuga, Desa Kertaraharja, Kecamatan Cikembar, Neneng Tita (45) mengatakan, harga kolang-kaling yang lebih dikenal dengan sebutan caruluk, merupakan salah satu bahan yang sering dijadikan menu tajil buka puasa.

Biji muda buah aren putih kenyal itu, biasa dijadikan pelengkap es buah campur atau dimasak dengan cara dikolak tersendiri atau diolak campur bahan kolak lainnya. “Saya sengaja beli kolang-kaling ini, untuk keperluan dagang es campur di kampung halaman,” jelasnya.

Dirinya tidak merasa keberatan dengan kondisi kenaikan harga buah kolang-kaling tersebut. Sebab, ia sudah mengetahui proses pembuatan buah itu sangat sulit.

“Apalagi, saat ini permintaan dari masyarakat meningkat. Sementara, pasokan barang susah. Ya, pasti harga naik. Belum lagi pengerjaan kolang kaling ini, sebelum seperti ini banyak prosesnya seperti ke hutan dulu mencarinya dan dimasak lagi,” pungkasnya. (den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *