Selamat Hari Aksara Internasional, Salam Literasi dari Sukabumi!

Hari ini, sabtu, 7 September 2019, kita merayakan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-54. UNESCO kali ini mengusung tema besar Literacy and Multilingualism. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sebagai pengusung Gerakan Literasi Nasional (GLN), memberi tema Ragam Budaya Lokal dan Literasi Masyarakat.

Sebagai bagian dari GLN, Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Sukabumi semakin aktif dan signifikan dalam pergerakannya. Hal tersebut ditunjukan dari karya yang termuat dalam 9 buku hasil dari Residensi Penggiat Literasi 2019 yang diselenggarakan oleh Kemdikbud. Sebut saja tulisan Roni Fardiansyah yang berjudul “Magnet Karya Mendatangkan Mitra” termuat dalam buku “Text, Stage, Screen (Literasi Digital).”

Roni yang merupakan pengelola TBM Gentong Pasir, Sukaraja merupakan peserta Residensi di Lubuk Linggau. Sedangkan Hazar Widiya Sarah yang tulisannya berjudul “Teras Nongkrong Ladang Uang” termuat dalam buku “Budaya Guyub Rukun (Finansial Mandiri).” Sarah, demikian co-founder Matahari Pagi tersebut biasa dipanggil, merupakan peserta Residensi di Bantul, Yogyakarta.

Berbeda dengan Aris Munandar, pendiri Matahari Pagi, merupakan peserta Residensi tahun 2018 yang tulisannya “Menuju Terbitnya Koperasi Matahari Pagi” yang termuat dalam buku “Merangkai Aksara, Menjaring Finansial: Narasi Praktik Baik Penggiat Literasi Nusantara.”

Untuk tahun ini terlibat selain menulis, juga menyunting naskah dalam buku: (1) “Panggung Jati: Obrolan Tradisi, Literasi, dan Panji”; (2) “Mempolong Merenten: Jalan Literasi Tak Retak”; dan (3) “Budaya Guyub Rukun (Finansial Mandiri).” Hal tersebut dikarenakan Aris merupakan fasilitator untuk kegiatan Residensi di Kediri, Lombok, dan Bantul.

Keberadaan aksara (baca: tulisan) merupakan tonggak umat manusia memasuki zaman sejarah. Keberadaan aksara kini dipahami sebagai keberadaan literasi itu sendiri. UNESCO pada tahun 2003 menetapkan literasi informasi sebagai tata literasi dunia, melalui Deklarasi Praha.

Senada dengan itu, Forum Ekonomi Dunia pada tahun 2015 menyepakati 6 literasi dasar sebagai kecakapan abad 21. Kemudian direspon oleh Kemdikbud denga menggulirkan GLN pada tahun 2016.

FTBM Sukabumi menyadari pentingnya literasi sebagai episentrum kemajuan masyarakat, khususnya Sukabumi baik kabupaten maupun kota. Melalui penggiatnya, Aris dan Roni, maka dirumuskanlah Salam Literasi dari Sukabumi.

Hal ini didasarkan pada suatu kepahaman jika literasi tidak hanya membutuhkan gerakan sebagai lokomitifnya, melainkan juga membutuhkan jalan pikiran sebagai rel yang menghantarkan pada tujuan akhir.

Untuk itu, Salam Literasi dari Sukabumi memiliki 2 dimensi, yakni sebagai platform dan sebagai gerakan. Salam Literasi dari Sukabumi berbicara bagaimana literasi hadir diantara tantangan dan kebutuhan jawabannya, baik secara konseptual maupun berbagai contoh praktik baiknya.

Salam Literasi dari Sukabumi mengajukan 3 model konsep dan gerakan, yakni: #writingforiintegrity, Membawa Literasi Kembali ke Rumah, dan Lalakon Sukabumi.

#writingforintegrity adalah suatu program pendampingan penulisan dengan tema nilai-nilai integritas. Penggunaan hashtag (#) disini sebagai simbol dari abad 21 sebagai abad kolaborasi. Hal ini paralel dengan literasi sebagai kecakapan abad 21. Menulis, beserta membaca, merupakan kecakapan pokok untuk bisa mengampu kecakapan literasi lainnya.

Membawa Literasi Kembali ke Rumah menempatkan keluarga sebagai salah satu dari trisentra pendidikan, adalah tempat pendidikan yang pertama dan utama. Demikian gerakan literasi harus memiliki dasar yang kuat pada keluarga. Pemahaman dan keterlibatan orangtua secara aktif akan menjadikan literasi memiliki dasar yang kuat.

Lalakon Sukabumi merupakan model gerakan literasi lokal. Pendidikan karakter dan penumbuhan budi pekerti merupakan fungsi yang di emban oleh literasi. Keduanya tidak bisa dilepaskan dari konten lokal, sehingga komprehensif membentuk jati diri yang utuh.

Sehingga kedepannya, bagaimana TBM-TBM bisa mengemban fungsi sebagai pusat reproduksi kebudayaan. Sebagai langkah awal, perlu adanya upaya memantik kesadaran. Salam Literasi dari Sukabumi adalah titik tolak dari semua itu.

Supaya konteks literasinya semakin menggigit, Salam Literasi dari Sukabumi pun, atas prakarsa FTBM Sukabumi, TBM Gentong Pasir (Macatongsir), Matahari Pagi telah diterbitkan dalam bentuk buku oleh Penerbit Matahari Pagi. Selain itu, juga telah di bedah dan didiskusikan.

FTBM Sukabumi bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sukabumi, menggelar acara bedah buku “Salam Literasi dari Sukabumi” pada tanggal 28 Agustus 2019 bertempat di Gedung BK3D Cibadak dan dihadiri oleh 100 orang peserta.

Sementara itu, pada tanggal 31 Agustus 2019 dilangsungkan juga diskusi “Salam Literasi dari Sukabumi” atas inisiatif FTBM Sukabumi dan Kolecer Kota Sukabumi. Diskusi tersebut dibuka oleh Ibu Nicke Siti Rahayu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Sukabumi.

Kedepannya, FTBM Sukabumi merencanakan akan menggandeng Dompet Dhuafa dalam upaya peningkatan kapasitas para pengelola TBM-TBM yang berada di wilatah kabupaten dan kota Sukabumi. Diharapkan, melalui jalan literasi ini bukan hanya mendorong kemajuan, melainkan juga menjadikan masyarakat Sukabumi dapat menuliskan sejarahnya. Selamat Hari Aksara Internasional, Salam Literasi dari Sukabumi.

(*/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *