Rencana Tidak Jaya

Handi-Salam
Handi-Salam

Oleh : Handi Salam

JUMAT kemarin tanggal 08 April 2022 Bus terakhir milik Rencana Jaya resmi jadi rongsokan. Sang legenda angkutan asal Sukabumi Pensiun. Tinggal kenangan. Tak lagi mengangkut penumpang. Dulu dibanggakan dan ditunggu sekarang sudah jadi rongsokan dan potongan besi tua.

Bus dibawah PT Rencana Jaya Utama sebelumnya melanyani rute Sukabumi-Kampung Rambutan Ciracas Jakarta Timur. Hampir sebagian warga Sukabumi pernah menggunakannya. Rencananya pernah jaya pada masanya. Sekarang hanya tersisa Bus Lana Jaya dan Sugih Jaya. Ada sinar Remaja masih jalan tapi jarang keluar.

Dua tahun covid-19 cukup merontokan kehidupan angkutan antar kota. Sinar remaja sekali jalan tidak sampai 3 Bus. Itupun tidak setiap hari. Rencana Jaya sudah punah. Termakan waktu dan zaman. Bus terakhirnya AC Ekonomi RJ-55 (F 7755 UB).

Mesinnya Mercedes-Benz OH1521 tahun 2000. Sebagian orang Banyak kenangan dengan Bus itu. Termasuk saya. Kenangan tidak bayar ongkos. Bukan sengaja, ketiduran dan turun. Itu terjadi pada Mudik lebaran Idul Adha 2008 lalu.

Dari Rencana Jaya kita belajar. Dunia berputar. Dan kemudian yang tadinya diatas akan kebawah dan jatuh. Tidak sesuai rencana. Silih berganti, yang tadinya berjaya suatu hari tak lagi Jaya. Meski sudah berbagai strategi dilakukan.

Perhitungan dan segala kemungkinan tidak jadi jaminan. Mustahil jika mati bisa muncul kembali. Jikapun ia dengan nama lain. Mereka yang hilang akan kembali. Entah kembali karena bantuan pemerintah atau kembali dengan sendiri.

Sebesar apapun untuk tidak mati dan jatuh. Jika pikirannya tidak, maka akan selamat. Yang membuat kematian cepat adalah dirinya sendiri. Seperti hari ini, demo mahasiswa. Istana merespon biasa. Polanya dinilai sama. Unjungnya berakhir tenang. Tapi, jika ada campur tangan asing pastilah beda.

Orasi hanyalah menyampaikan pedapat. Saya setuju, jarang oligarki runtuh dengan mudah apalagi ada mafianya, berat. Orasi sekeras apapun tak cukup. Demontrasi hanya seperti angin badai, dalam hitungan menit bisa tenang kembali.

Rencana yang baik tidak selalu baik. Kenaikan harga tidak bisa terjadi jika DPR dan MPRnya tidak setuju. Mungkin dihal lain juga. Diam-diam, atau tengah malam berkumpul untuk melanjutkan rencana yang katanya jaya. Itu pesanan, jika tidak maka bukan. Tidak dibiarkan dan ditolak langsung. Bukan mengulur. Semua akan percuma.

Perjuangan memang tidak sesuai rencana. Perjuangan juga memerlukan doa saja tak cukup. Jika tidak ingin maka susah. Ini akan seperti karnaval tahunan. Selesai usai pengumuman menolak 3 Priode. Padahal harga sudah tinggi. Biasanya susah turun. Kalaupun harus baris-berbaris, jaga diri. Kalapun berhasil tentu dibarengi kekuatan asing. Itu bahaya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *