Pentingkah Ormas Penggerak?

Oleh : Hema Hujaemah, M.Pd
(Kepala SMPN 11 Kota Sukbumi)

Dunia pendidikan tak henti menjadi pusat perhatian publik. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim betul-betul menjadi sosok fenomenal. Selain karena usia, dan latar belakang, inovasi-inovasi terkininya membuat banyak insan pendidikan tertuju padanya. Setelah program Merdeka Belajar, Guru Penggerak, kini muncul program Organisasi Penggerak yang melibatkan organisasi masyarakat bidang pendidikan.

Bacaan Lainnya

Menurut Plt. Dirjen GTK Supriano, Organisasi Penggerak diharapkan membantu menginisiasi Sekolah Penggerak yang idealnya memiliki empat komponen. Pertama, Kepala Sekolah memahami proses pembelajaran siswa dan mampu mengembangkan kemampuan guru dalam mengajar.

Kedua, Guru berpihak kepada anak dan mengajar sesuai tahap perkembangan siswa. Ketiga, Siswa menjadi senang belajar, berakhlak mulia, kritis, kreatif, dan kolaboratif. Keempat, Terwujudnya Komunitas Penggerak yang terdiri dari orangtua, tokoh, serta organisasi kemasyarakatan yang diharapkan dapat menyokong sekolah meningkatkan kualitas belajar siswa.

Organisasi Penggerak akan menyelenggarakan program rintisan peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah dibidang literasi dan numerasi selama dua tahun ajaran, yaitu 2020 hingga 2022. Pelatihan ini nantinya dilakukan kepada pendidik jenjang PAUD, SD dan SMP. Target pelatihan dilakukan terhadap 50.000 guru dan 5.000 kepala sekolah.

Kemdikbud akan menyalurkan dana kepada Organisasi Penggerak untuk melaksanakan pelatihan tersebut dengan tiga kategori.

Pertama disebut kategori Gajah, dimana Organisasi Penggerak akan mendapatkan dukungan dana hingga 20 milyar/tahun untuk target lebih dari 100 sekolah. Kategori Macan, akan mendapatkan dukungan dana hingga 5 milyar/tahun untuk target lebih dari 21-100 sekolah. Kategori Kijang akan mendapatkan dukungan dana hingga 1 milyar/tahun untuk target lebih dari 5-20 sekolah.

Berbagai pendapat dan tanggapan meramaikan media sosial. Pro dan kontra terlontar wajar selama disampaikan dengan penuh etika. Pada dasarnya program apapun yang digagas Mas Menteri mempunyai tujuan yang baik. Beliau terus berpikir dan berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui program-programnya.

Namun terkadang ada beberapa hal terlangkahi. Programnya loncat melewati bagian yang lebih urgent dan dibutuhkan dilapangan saat ini.

Mereview tulisan saya beberapa waktu lalu tentang “Prasyarat Merdeka Belajar”, terdapat beberapa point yang perlu diprioritaskan sebelum hal lainnya. Pertama, Perbaiki Sumber Daya Manusia (SDM) utamanya guru.

Sementara pending dulu berbicara tentang kualitas, fokuskan kepada pemenuhan jumlah rasio guru sesuai kebutuhan. Karena hampir di semua sekolah saat ini kekurangan guru.

Kedua, Perbaiki pendanaan pendidikan baik jumlah maupun sistem pendistribusiannya. Image sekolah gratis harus direalisasikan secara tepat dan berimbang.

Ketiga, Perbaiki sarana dan prasarana pendidikan agar sesuai dengan standar nasional dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan.

Menurut pendapat saya yang merasakan langsung bagaimana kondisi di satuan pendidikan. Sebelum membuat Organisasi Penggerak dengan dana yang tidak sedikit, akan lebih baik Kemdikbud fokus kepada antisipasi kekurangan guru.

Salah satu solusinya adalah segera mengangkat guru-guru honorer yang sudah memenuhi kriteria. Sehingga dana yang ada bukan untuk melaksanakan pelatihan oleh Organisasi Penggerak, namun digunakan untuk menggaji guru honorer yang sudah diangkat menjadi ASN.

Kualitas pendidikan tidak terlepas dari dana dan sarana yang memadai. Jika dana yang dibutuhkan masih minim dan tersendat-sendat pendistribusiannya, sarana dan prasarana masih banyak yang tidak memadai, bagaimana bisa satuan pendidikan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Oleh karena itu, dana untuk Organisasi Penggerak akan lebih tepat digunakan untuk menambah dana pendidikan masing-masing satuan pendidikan dan memperbaiki atau melengkapi sarana prasarana sekolah yang belum memadai.

Perhatikan disekeliling kita, masih banyak bangunan sekolah yang tidak layak pakai. Aksesabilitas menuju sekolah yang masih jauh dari aman dan nyaman. Perhatikan anak-anak yang menempuh pendidikan masih banyak dari kalangan keluarga yang kurang mampu. Padahal hal-hal seperti itu penting dan segera ada solusi. Program Organisasi Penggerak bukan hal yang tidak penting, namun untuk saat sekarang bukan itu yang dibutuhkan satuan pendidikan di lapangan.

Tapi realisasi dari pemerintah untuk segera memenuhi kekurangan guru, memperbaiki dana pendidikan dan memperbaiki sarana pembelajaran.

Organisasi Penggerak lebih tepat dilaksanakan sejalan atau setelah rata-rata sekolah tidak lagi kekurangan guru. Tidak banyak sekolah yang roboh dan kekurangan ruang belajar siswa.

Perpustakaan, laboratorium layak sesuai standar, sarana pengembangan diri baik seni maupun olahraga lengkap. Selama ini pelatihan-pelatihan sudah banyak dilaksanakan. Namun konsistensi dan komitmen proses, pelaksanaan, kontrol dan evaluasi masih kurang.

Apalagi jika melihat realita di lapangan, implementasi hasil pelatihan masih sulit diterapkan secara efektif. Akhirnya output dan outcome yang diperoleh kurang optimal.

Kebutuhan dan harapan kami di satuan pendidikan pada saat sekarang, adalah tiga hal di atas. Adapun program lain dapat dirancang setelah hal tadi terpenuhi, atau sama-sama dilaksanakan tanpa saling mendahului. Semoga semua program dapat direalisasikan sesuai harapan. Karena kualitas pendidikan tidak bisa dicapai tanpa paduan antar komponen yang harmoni.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *