Potensi Pengolahan Limbah Cair Produksi Tahu Menjadi Biogas Untuk Bahan Bakar Alternatif Terbarukan Di Kabupaten Sukabumi

Ilustrasi Biogas Limbah Tahu

Oleh : Mulyadi,S.Pd.,MT.
Dosen Teknik Mesin, Universitas Nusa Putra

Tahu adalah salah satu produk olahan pangan yang sudah memasyarakat di Indonesia meskipun tahu bukan salah satu makanan asli Indonesia akan tetapi tahu sangat digemari dan rasanya enak,bergizi serta harganya yang terjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Bacaan Lainnya

Kandungan nutrisi yang dimiliki tahu menurut data pangan Indonesia ,dalam 100 gram tahu mentah terdapat beberapa kandungann nutisi.Komposisi gizi tersebut antara lain; air, energy, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu, kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, tembaga, seng, beta karoten, vitamin B1, vitamin B2 dan niasin.

Industri tahu rata rata di Sukabumi masih menggunakan teknologi yang sederhana sehingga tingkat efisiensi produksi masih rendah.

Proses produksi tahu di beberapa wilayah Sukabumi masih menggunakan kayu atau serbuk kayu sebagai bahan bakar.

Industri tahu pada proses produksi selain menghasilkan tahu, juga menghasilkan limbah cair dan padat.Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan, limbah padat ini kebanyakan diolah menjadi makanan seperti oncom,atau untuk pakan ternak.,sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses pengepresan tahu,pencetakan tahu dan pencucian,oleh karena itu limbah cair produksi tahu yang dihasilkan sangatlah tinggi.

Limbah cair tahu mengandung bahan bahan organic komplek yang tinggi terutama protein dan asam asam amino dalam bentuk padatan tersuspensi maupun terlarut (EMDI-Bapedal,1994).

Adanya senyawa senyawa organic tersebut menyebabkan limbah cair industri tahu rata rata mengandung Biologycal Oxygen Demand (BOD) 4583 mg/liter, Chemycal Oxygen Demand (COD) 7050 mg/liter dan Total Solid Suspension (TSS)4743 mg/liter dan minyak atau lemak 26 mg/liter yang tinggi (Tay,1990; BPPT, 1997) yang apabila dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat menyebabkan pencemaran.Limbah cair ini bisa diolah menjadi biogas sebagai bahan bakar alternative yang terbarukan.

Biogas adalah produk akhir percenakan atau degradasi anaerobic bahan bahan organic oleh bakteri bakteri anaerobic dalam lingkungan bebas oksigen atau udara.Komponen terbesar biogas adalah methane (CH4,54-80% volume) dan karbondiokasida (CO2,20-45% volume) serta sjumlah kecil H2,N2 dan H2S.Berat jenis gas methana 0,554, kelarutan dalam air rendah, pada suhu 20 °C dan tekanan 1 atm.

Gas methana termasuk gas yang stabil (BPPT,1997)

Teknologi biogas pada dasarnya memanfaatkan proses pencernakan yang dilakukan oleh bakteri menthanogen yang produknya yang berupa gas methane.

Gas ini tidak berbau, tidak berwarna, dan sangat mudah terbakar. Biogas sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan galon (1 US gallon = 3,785 liter) butane atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel,untuk memasak pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3 per hari (Goendi Sunarto, 2008).

Untuk mendapatkan gas diperlukan instalasi yang dikenal dengan biodigester.Biodigester menurut (Pertiwiningrum,2012) merupakan tempat penampungan bahan organic pada kondisi anaerob untuk di fermentasi oleh bakteri methanogen untuk menghasilkan biogas.

Biodigester terdiri dari beberapa tipe diantaranya yaitu:

1) Tipe fixed domed plan,tipe ini berbentuk kubah sebagai tempat penampungan gas yang dihasilkan.adapun keunggulanya tidak ada komponen yang bergerak sehingga tahan lama (awet) dan terlindungi dari berbagai cuaca dan kelemahannya adalah rawan terjadi keretakan pada bagian kubah.

2) tipe floating drum plant,tipe ini memiliki tampungan gas yang cenderung bergerak dan bersifat tidak permanen.

3) Balloon plant,tipe ini memiliki kontruksi yang cukup sederhana karena penempung gas terbuat dari plastic dengan keunggulannya lebih murah ,mudah dibersihkan dan mudah dipindahkan ,adapun kelemahannya yaitu mudah mengalami kerusakan.

Dengan mengkonversi limbah cair produksi tahu menjadi biogas sebagai bahan bakar alternative terbarukan yang ramah lingkungan , pemilik pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatannya, lebih efisien pada proses produksi dengan mengurangi konsumsi bahan bakar baik kayu atau bahan bakar lainnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *