Pekerjaan Rumah PDIP Berat

JAKARTA, RADARSUKABUMI.com – PDI Perjuangan dinilai memiliki potensi untuk memenangkan pemilu selama tiga kali berturut-turut. Keberhasilan itu bisa dicapai apabila PDI Perjuangan bisa melahirkan pimpinan nasional baru dan mempertahankan inklusivitas partai untuk menggaet pemilih muda.

Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan, setidaknya ada dua kunci yang menjadi keberhasilan PDIP memenangkan dua pemilu berturut-turut. Pascakekalahan pemilu 2009, PDIP mampu mencetak kader-kader unggul untuk mengikuti sejumlah kontestasi pilkada. Burhanuddin menyebut Joko Widodo, Tri Rismaharini, Djarot Saiful Hidayat dan Ganjar Pranowo, merupakan bagian kecil yang menonjol dari keberhasilan itu.

Bacaan Lainnya

“Ini karena sosok Bu Megawati Soekarnoputri yang menjadi king maker. Beliau menyediakan partai dan memberikan ruang seluas-luasnya kepada kader untuk melahirkan pemimpin-pemimpin lokal hingga nasional,” kata Burhanuddin dalam diskusi Akankah PDIP Menang Lagi di Pemilu 2024 di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat.

Faktor kedua, kata Burhanuddin, PDIP pascapemilu 2009 mampu menjadi partai inklusif sehingga bisa menarik pemilih-pemilih nonideologis. Bahkan, kata Burhanuddin, pemilih muslim di garis NU yang biasanya memilih PKB dan PPP, cenderung memilih PDIP di Pemilu 2019. “Termasuk pemilih Muhammadiyah tertarik untuk memilih PDIP dibanding PAN,” jelas Burhanuddin.

Meski demikian, Burhanuddin memberikan catatan untuk dibahas dalam Kongres V PDIP di Bali pada Kamis (8/8) nanti. Burhanuddin mengingatkan PDIP harus menyiapkan kader untuk menghadapi Pilpres 2024.

Kalau tidak, PDIP bisa bernasib sama dengan keterpurukan Demokrat yang setelah Susilo Bambang Yudhoyono, tidak punya kader lain untuk didukung di pemilihan presiden. “Pada 2014, SBY tak bisa maju. Partai juga tidak punya calon yang mumpuni menggantikan SBY. Akhirnya suara partai anjlok 50 persen,” jelas Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia ini.

Burhanuddin juga mengingatkan PDIP meski merupakan partai pemenang, tetapi tidak cenderung menjadi dominan dalam kontestasi politik. Menurut Burhanuddin, semua partai yang ada saat ini sifatnya meroket. “Semua partai saat ini jadi papan tengah,” kata dia.

Selain itu, kata Burhanuddin, PDIP juga harus mendorong kinerja para anggota legislatifnya. Dengan begitu, ketika caleg berkampanye di daerah-daerah mampu diterima dengan terbuka oleh konstituen masing-masing. Sementara itu Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa pihaknya mengedepankan perkembangan kolektif partai dibanding individual kader.

Termasuk dalam Kongres V PDIP ini, kata Hasto, pihaknya ingin melakukan evaluasi serta sinkronisasi program, konsolidasi kader, konsolidasi ideologi, sumber daya sekaligus konsolidasi dalam menentukan arah masa depan. “Pak Jokowi pernah menyimpulkan bahwa PDIP bisa survive karena yang pertama adalah ideologi itu sendiri. Kami bergerak dengan ideologi dan membangun kepentingan-kepentingan partai. Yang kedua kekuatan gorong royong yang dimiliki partai, sehingga tidak punya kabinet selama dua periode pun PDIP bisa survive,” kata Hasto.

Dalam aspek kaderisasi, kata Hasto, pihaknya membangun sekolah partai secara masif. Kemudian membangun 110 kantor partai sebagai aset langsung PDIP. Menurut dia, hal ini merupakan manajerial PDIP dalam mengelola dan mengembangkan partai secara kolektif. “Kemudian, kepemimpinan yang terus-menerus membangun organisasi kepartaian jauh lebih penting daripada popularitas orang per orang,” jelas Hasto.

(tan/jpnn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *