Pindahkan Hujan, BRIN Tebar 19 Ton Garam di Awan, Berhasil ?

BERUBAH MIRIP SUNGAI: Becak menjadi satu-satunya alat transportasi umum yang bisa melintasi banjir di kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, kemarin (31/12). (NURCHAMIM/JAWA POS RADAR SEMARANG)
BERUBAH MIRIP SUNGAI: Becak menjadi satu-satunya alat transportasi umum yang bisa melintasi banjir di kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, kemarin (31/12). (NURCHAMIM/JAWA POS RADAR SEMARANG)

JAKARTA -– Pemerintah mulai menggunakan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk cuaca ekstrem. Koordinator Laboratorium TMC Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budi Harsoyo mengatakan, misi tersebut menyasar daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat.

”TMC Jawa Barat dilakukan pada 26 Desember sampai 3 Januari,” ujar Budi Harsoyo kemarin. Sementara itu, TMC untuk DKI Jakarta dilaksanakan pada 30 Desember sampai 4 Januari. Dalam website BRIN disebutkan, TMC dilakukan untuk memprematurkan hujan yang seharusnya turun secara alami di daerah target. Dengan intervensi TMC, hujan bisa diturunkan lebih awal di luar daerah target. Caranya, menebar garam ke dalam awan menggunakan pesawat. Operasi TMC dilakukan BRIN bekerja sama dengan BMKG dan TNI-AU.

Bacaan Lainnya

Budi menjelaskan, total penerbangan modifikasi cuaca yang sudah dilakukan untuk wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat mencapai 24 sorti atau penerbangan. Setiap sorti membawa 800 kg garam. Jadi, total 19,2 ton garam ditabur untuk menyemai awan sebelum masuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Dengan begitu, hujan di ibu kota bisa dicegah.

Dia mengatakan, misi TMC untuk DKI Jakarta dan sekitarnya pada 31 Desember rencananya enam sorti. ”Realisasinya menyesuaikan situasi dan kondisi,” tuturnya. Tim akan melakukan analisis hasil dari modifikasi cuaca tersebut. Namun, dalam kenyataannya, sejak Rabu (28/12) tingkat curah hujan di Jakarta cukup rendah. Misi modifikasi cuaca di Jakarta dan sekitarnya direncanakan berlangsung hingga 3 Januari.

Budi melanjutkan, misi modifikasi cuaca akan diperluas ke daerah lain. ”Barusan juga sudah ada instruksi dari BNPB untuk memulai operasi TMC di wilayah Jawa Tengah,” katanya. Instruksi itu keluar setelah ada banjir di sejumlah titik di wilayah Semarang kemarin.

Dia menyatakan, misi modifikasi cuaca juga akan dilakukan di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Tim Laboratorium TMC sedang melakukan persiapan teknis. Sama seperti di Jawa Tengah, dia mengatakan, ada permintaan dari BNPB untuk memodifikasi cuaca di Surabaya dan sekitarnya. ”Mungkin 2 atau 3 Januari baru siap di Jatim,” jelasnya.

Dari Surabaya, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim Gatot Soebroto mengatakan bahwa rapat terkait pelaksanaan TMC sudah digelar. Namun, Pemprov Jatim masih menunggu pelaksanaan pastinya. ”Belum ada konfirmasi. Harapannya, tentu TMC bisa dilakukan lebih cepat,” ujar Gatot kemarin (31/12). Dia menyatakan, pelaksanaan TMC mengikuti jadwal pemerintah pusat. ”Teknisnya, kami mengikuti arahan BRIN dan BNPB,” tambah Gatot.

Gatot menjelaskan, penerapan TMC di Jatim sudah memenuhi syarat. Dasarnya adalah surat gubernur terkait dengan siaga bencana. Surat tersebut diterbitkan pada Oktober lalu.

Meski sudah layak dilakukan di Jatim, menurut Gatot, ada sejumlah prosedur yang harus dipenuhi. Itu juga menyesuaikan lalu lintas pesawat di bandara. Selain itu, lokasinya tidak asal.

Gatot mengatakan, pelaksanaan TMC akan menyesuaikan cuaca. Daerah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem akan menjadi perhatian. Itu dilakukan agar penerapan teknologi lebih efektif.

Sejauh ini, lanjut Gatot, Jatim masih menjadi provinsi yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem. Intensitas hujan mengacu data BMKG masih cukup tinggi. ”Kami telah menyiagakan personel di posko-posko Nataru untuk mengantisipasi bencana,” kata Gatot.

Hujan lebat membuat beberapa daerah di Jawa Tengah dikepung banjir. Di Kota Semarang, banjir menggenangi kawasan wisata kota lama, Stasiun Tawang, dan beberapa area lain.

Dari pantauan Jawa Pos Radar Semarang, kawasan kota lama terendam banjir dengan ketinggian sepaha orang dewasa. Kafe ataupun rumah makan di kawasan tersebut terpaksa tutup. Banjir juga mengganggu jadwal perjalanan kereta api (KA). ”Sampai saat ini ada dua titik yang tidak bisa dilalui kereta api, yakni pada petak jalan Semarang Tawang–Alastua (Kota Semarang) dan petak jalan Kaliwungu–Kalibodri (Kabupaten Kendal),” kata Manajer Humas KAI Daop 4 Semarang Ixfan Hendri Wintoko kemarin (31/12).

Di Stasiun Tawang, genangan yang cukup tinggi mengakibatkan pelayanan boarding penumpang dipindahkan di area pintu keluar. Genangan juga terlihat di Stasiun Poncol. KAI telah melakukan berbagai upaya untuk menormalisasi jalur KA maupun area di sekitar stasiun. ”Sampai saat ini ada empat perjalanan KA yang mengalami keterlambatan,” katanya. Yakni, KA 186 Kamandaka relasi Tegal–Semarang Tawang, KA 263 Menoreh relasi Semarang Tawang–Jakarta Kota, KA 189 Joglosemarkerto relasi Solo Balapan–Tegal, dan KA 267A Ambarawa Ekspres relasi Surabaya Pasar Turi–Semarang Poncol.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan, melihat cuaca seperti sekarang, tim teknis mesti siaga, termasuk tim rumah pompa. Apalagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem berlangsung hingga 3 Januari. ”Sekarang ini kan teknis nih sifatnya, maka ya semua mesti on. Tidak boleh ada alasan yang sifatnya wah ini banjir, Pak, nunggu surut, enggak bisa. Wong yang dibutuhkan itu pompanya diperbaiki kok. Maka perlu tindakan-tindakan yang luar biasa, jangan biasa-biasa saja. Ini darurat,” kata Ganjar.

Ganjar mengaku menerima laporan banjir di hampir seluruh wilayah pantura. Mulai Kota Semarang, Pati, Kudus, Pekalongan, hingga Pemalang. Karena itu, dia meminta seluruh rumah pompa diaktifkan. ”Kalau kita tidak cepat memperbaiki itu, cukup bahaya. Tadi malam juga kami minta seluruh pompa portabel itu diaktifkan. Karena ini kejadiannya merata,” ucapnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *