Kukuh Kristiati Mahardini, Dokter Gigi yang Jago Crafting

Ingin lebih banyak waktu mengurus keluarga, Kukuh Kristiati Mahardini jadi punya kesempatan untuk belajar crafting. Tempat praktik pribadinya dipenuhi karya perempuan yang menginisiatori komunitas Kinanthi tersebut.

DWI WAHYUNINGSIH

Bacaan Lainnya

KUKUH tengah asyik membuat lukisan di rumahnya di daerah Kompleks Perumahan TNI-AL Semolowaru saat ditemui pada Minggu (1/7). Tangannya lincah menggoreskan pensil di buku gambar. Pelan-pelan, sketsa yang dibuat membentuk potret perempuan muda.

’’Kalau sedang mood ya begini. Nggak bisa berhenti,’’ ujarnya.Melukis bukan satu-satunya keahlian yang dimiliki Kukuh. Beberapa jenis kerajinan tangan lain juga dikuasai. Mulai membuat tas, perhiasan, sampai boneka kayu. Meski begitu, dia tidak mau disebut sebagai perajin. ’’Saya ini ya tetap seorang dokter gigi. Craft itu bisa dibilang sebagai pengobat rasa jenuh dan menghilangkan stres,’’ tuturnya.

Menurut dia, dokter gigi sebenarnya merupakan gabungan dari tiga profesi. Yakni, dokter, engineer, dan seniman. Sebagai dokter, dia memiliki kewajiban mengobati orang. Sebagai engineer, kemampuannya membutuhkan perhitungan yang cermat agar bentuk dan ukuran gigi yang dibuat nyaman dan berfungsi optimal.
’’Gigi juga bagian dari estetika. Jadi, ketika akan menambal maupun memasang gigi palsu juga membutuhkan kemampuan seni. Biar rapi dan menyerupai gigi normal,’’ tuturnya.

Kukuh pernah membuka praktik pribadi di rumah dan bekerja di rumah sakit. Dia juga membuka praktik bersama rekan sejawatnya. Tetapi tidak berlangsung lama. Kesibukannya di Jalasenastri (organisasi istri prajurit TNI-AL) membuatnya mundur dari rumah sakit dan hanya melayani pasien di rumah.

’’Biar waktunya lebih banyak untuk keluarga,’’ ucapnya. Di rumah dia punya kesempatan untuk mempelajari berbagai jenis kerajinan. Bersama rekannya, dia lantas menginisiasi terbentuknya komunitas Kinanthi ’’Komunitas itu terbentuk dari keprihatinan kami terhadap barang-barang handmade yang tidak dibuat dengan maksimal sehingga kualitas dan nilai seninya hilang,’’ paparnya.

Melalui wadah tersebut, Kukuh sering mengadakan workshop yang menargetkan ibu-ibu rumah tangga. Termasuk para anggota Jalasenastri. Dari kemampuannya membuat karya handmade, Kukuh mendapat tambahan penghasilan yang lumayan setiap bulan. Namun, kondisi tersebut tidak membuatnya meninggalkan profesinya sebagai dokter gigi. ’’Bisa dibilang, menjadi dokter itu adalah panggilan hati ya. Tidak mungkin ditinggalkan,’’ paparnya.

Karena panggilan hati, biaya berobat di praktik pribadinya untuk kasus yang sama bisa berbeda-beda, bergantung kemampuan pasien. Kukuh tidak segan memberikan diskon khusus, bahkan menggratiskan. Kemampuannya dalam berkesenian mendukung pe kerjaannya.Tempat praktiknya dipenuhi lukisan mural hasil karyanya. ’’Khususnya untuk pasien anak, biar nyaman. Biasa nya, agar mereka mau tenang, saya memberi
kan gantungan kunci karakter buatan sendiri,’’ tambahnya.

Meski memiliki kegiatan yang cukup padat, bagi Kukuh, anak-anak tetap menjadi prioritas utama. Apalagi, dua anaknya yang paling kecil masih balita. Perhatian khusus tentu masih dibutuhkan. ’’Kebetulan seni ini bisa menjadi alat bantu untuk mendidik mereka. Dibanding gawai, saya lebih memilih memberi mereka kertas, pensil, dan cat kalau saya sibuk dan harus membuat mereka anteng,’’ ungkapnya.

 

(*/c15/ayi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *