Kisah Nyentrik Ni Luh Komang Ayu

Dari Disc Jockey (DJ) hingga Julukan Pengacara Malam Ni Luh Komang Ayu punya dua profesi yang boleh dibilang bertolak belakang.

Dia adalah seorang advokat yang sekaligus piawai meracik beat-beat musik, melalui peralatan turntable sebagai DJ Sayu.

THORIQ S. KARIM, Surabaya

’’SAYA sering merasa aneh,’’ kata perempuan kelahiran Bali pada 1990 tersebut. Ungkapan itu diucapkan di Hotel Luminor, Surabaya, Jumat (20/10).

Kenapa aneh? Ya, Ayu sepintas memang lebih cocok sebagai entertainer.

Rambutnya sebahu. Warnanya tembaga. Kaus hitam dan celana jins yang dikenakan ketika itu memberikan kesan seksi.

Rasanya, perannya yang sehari-hari juga menjadi pengacara praktis hilang. Yang tampak malam itu murni seorang entertainer.

Malam itu Ayu menghadiri acara Persatuan Disc Jockey Indonesia (PDJI) wilayah Jawa Timur. Di organisasi itu, dia menjabat koordinator bidang hukum. Jika ada permasalahan yang menyangkut hukum, dia didapuk sebagai penasihat hukumnya.

Ayu aktif beracara sejak 2014. Namun, sebelumnya dia aktif di kantor Kongres Advokat Indonesia di Sidoarjo pada 2012.

’’Kala itu saya magang sambil menunggu ijazah dari kampus keluar,’’ ucap lulusan S-1 Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara itu.

Selama menjadi pengacara, banyak kasus yang ditangani. Perlahan, namanya mulai dikenal. ’’Saya dipanggil Ayu, bukan Sayu,’’ ucapnya. Sayu hanya dikenal saat dia perform sebagai DJ.

Karena itu, Ayu sering merasa aneh. Dia menjalani dua dunia yang berbeda. Misalnya, saat menjadi Sayu, warna rambut yang panjangnya sebahu itu beragam.

Namun, ketika berperan sebagai Ayu, warna rambut tersebut menjadi hitam. Yang tidak pernah lepas adalah baju toga khas seorang pengacara.

’’Saya selalu mengembalikan warna sebelum beracara di pengadilan,’’ katanya.

Dia bisa jadi datang ke salon saat pagi menjelang sidang. Paling tidak 2–3 jam sebelum jadwal sidang dimulai. Ribet memang. Namun, dua dunia tersebut memang benar-benar dinikmati.

Sebaliknya, ada nilai positif yang dapat dipetik. Saat ini kasus yang paling banyak ditangani Ayu adalah narkoba. Klien yang menggunakan jasanya pun merasa dekat.

Mereka terbuka dan mau menceritakan semua persoalan yang sedang dihadapi. ’’Itu terjadi karena kami sering ketemu di dunia malam,’’ katanya.

Tidak jarang, Ayu menerima curhatan orang-orang yang terjerumus pada narkoba. Baik yang tersangkut perkara hukum maupun tidak.

Pada prinsipnya, mereka melanggar undang-undang. Namun, mereka adakalanya butuh pertolongan. Sebab, tidak semua orang masuk dunia narkoba karena sengaja mengonsumsi.

Selain itu, tidak sedikit yang masuk karena lingkungan.

Informasi dan seluk-beluk narkoba pun didapatkan. Pengalaman tersebut belum tentu diperoleh seorang pengacara yang tidak akrab dengan dunia malam.

’’Saya mendapatkannya karena dekat dengan mereka,’’ ucapnya.

Bahkan, bungsu dari pasangan Kolonel TNI (pur) I Nengah Siwamba dan Yuni Suamba itu memiliki cerita lucu. Ada klien yang ingin didampingi.

Dia terjerat kasus penyalahgunaan narkoba. ’’Rupanya klien itu ngefans sama saya,’’ ucapnya.

Ayu mengatakan, si klien sering melihatnya tampil di beberapa event. Meski demikian, Ayu tetap profesional. ’’Bukan seperti DJ dengan penggemarnya,’’ ujar mantan penyiar Hard Rock FM pada 2011 tersebut.

Pengalaman seperti itu tidak sekali atau dua kali terjadi. Sering, bahkan hampir setiap klien yang berkaitan dengan narkoba kenal dengannya.

Terlebih, Ayu merupakan pengurus Persatuan Disk Jockey Indonesia (PDJI) wilayah Jatim. ’’Tapi, saya tetap menjaga kehormatan profesi saya,’’ katanya.

Saking dekatnya dengan dunia malam dan para tersangka narkotika, Ayu mendapat julukan baru. Salah seorang penyidik di Polrestabes Surabaya sampai memanggilnya pengacara malam.

Tanpa diduga, panggilan itu pun populer. ’’Sampai sekarang saya sering disebut pengacara malam,’’ ungkap perempuan yang juga humas DPD Partai Demokrat Jatim itu.

Meski begitu, dia nyaman dengan julukan tersebut. Apalagi, Ayu yang yang memulai karir di dunia DJ pada 2015 itu menilai profesi DJ bukan hal negatif.

Dia mengenal DJ saat membela kasus Aditya Wahyu Budi Hartanto. Aditya merupakan DJ yang meninggal akibat pengeroyokan di kawasan Ngagel.

’’Saya mendapat kesempatan menjadi kuasa hukum keluarga,’’ katanya.

Dia menceritakan beberapa polemik kasus yang menewaskan DJ muda tersebut. Kala itu beredar kabar bahwa korban pulang dalam kondisi mabuk dan mengalami kecelakaan tunggal.

Kesan bahwa DJ selalu dekat dengan alkohol pun cukup kental. Karena itu, ada cibiran terhadap meninggalnya Adit. Ayu lantas terpanggil untuk mendalami kasus tersebut.

Apalagi, wakil ketua Forum Komunikasi Putra Purnawirawan TNI dan Polri (FKPPI) Surabaya itu merasa memiliki ikatan emosional.

DJ Adit tinggal di kompleks TNI. ’’Saya yang juga keluarga besar TNI ingin membantu keluarga yang ditinggalkan,’’ ucapnya.

Dia lalu mengawal kasus tersebut mulai dari penyidikan hingga persidangan. Saat menangani kasus itu, Ayu semakin paham dengan dunia DJ.

Dia kenal dengan beberapa DJ di Jawa Timur. Kesan negatif terhadap profesi DJ tidak selalu benar. ’’Saya merasa eman. Banyak kesan positif yang justru tidak tersampaikan,’’ ucapnya.

Anggapan masyarakat bahwa seorang DJ merupakan dunia malam juga tidak benar. DJ selalu lekat dengan diskotek atau pub pun tidak selalu benar.

Ada DJ yang hanya tampil di pesta tertentu. DJ juga tidak selalu tampil saat malam. Semua bergantung permintaan panitia.

Dari pemahaman itu, keinginannya untuk mempelajari keahlian sebagai DJ pun tumbuh.

’’Saya kursus mengoperasikan dan menggunakan alat itu,’’ tutur perempuan yang tinggal di kawasan Wiyung, Surabaya, tersebut.

Kursus singkat itu dijalani dalam hitungan minggu. Ayu berhasil menguasai teknik dasar seorang DJ. Antara lain, memilih lagu, menggabungkan lagu, narasi lagu yang disajikan, hingga cara menghibur audiens. Awalnya,

kursus tersebut hanya untuk menambah keterampilan. Karena itu, dia tidak pernah membayangkan bakal tampil di depan umum dan menghibur banyak orang.

’’Semula hanya pesta tertentu yang mengundang saya tampil,’’ ujar perempuan yang sedang mengikuti program magister humaniora di Universitas Bhayangkara itu.

Bisa jadi, mereka yang mengundang Ayu tidak mengenal profesi yang sebenarnya. Namun, Ayu dikenal sebagai seorang DJ yang tergabung di PDJI Jawa Timur.

Meski begitu, dia tetap nyaman dengan pekerjaannya saat ini.
Kini Ayu atau Sayu tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa.

Ketika pagi dia sibuk dengan persoalan hukum dan politik. Saat malam, kesan trendi dan gaul melekat pada diri Sayu. (*/c15/git)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *