Ketua RT Dua Periode Ini Terduga Teroris, Ko Bisa

MALANG – Densus 88 Antiteror menembak mati terduga teroris Hari Sudarwanto (46) mantan ketua RT 1 RW 10 Perumahan Green Village, Desa Candirenggo, Singosari Kabupaten Malang, Jatim.

Mantan ketua RT dua periode itu ditembak mati Densus 88 di kawasan Perum Auri Sidoarjo, Kamis (17/5) lalu.

Bacaan Lainnya

Kapolres Malang AKBP Yade Setiawan Ujung membenarkan peristiwa penembakan bapak empat anak tersebut. “Ya benar, itu doamin Densus,” jelasnya.

Hari sendiri dikenal berubah sejak setahun terakhir. Slamet Mulyono, warga di sekitar perumahan itu mengatakan jika Hari pernah dua kali menjadi ketua RT. “Bagus dulu jadi ketua RT, dua periode,” singkatnya.

Sementara pemilik toko sandal sepatu di pinggir jalan mengatakan jika dirinya tidak menyangka akhir hayat Hari berakhir di ujung peluru. Kata dia, warga sekitar juga kaget mendengar berita kematian Hari dari koran dan televisi. “Kami dengarnya kan ditembak di Sidoarjo,” ucapnya.

Perempuan yang tak mau namanya ditulis itu menyatakan Hari memang memiliki perbedaan. Misalnya untuk salat subuh berjamaah, Hari memilih masjid yang jaraknya sekitar 1 kilometer. Padahal ada dua musala yang jaraknya hanya 150 meter di utara dan selatannya.

“Orang sini tahu kalau subuhan ya ke Tirtomoyo. Padahal kan itu musola kelihatan dekat,” katanya menunjukkan kubah musola yang terlihat.

Pantauan Radar Malang (Jawa Pos Group), di rumah yang terlihat kumuh itu tidak ada aktivitas. Pekerja mebel tepat didepan rumah Hari, Muhasan, mengatakan hampir setiap hari rumah tersebut sepi. Diapun jarang melihat Hari memberi makan puluhan burung daranya. “Gak lihat saya. Memang sepi terus,” ucap pria asal Pasuruan itu.

Ya, rumah itu hanya terlihat mobil wolf oranye berplat nomor N 726 BB. Puluhan burung dara juga berseliweran di halaman rumah itu. Sejumlah tanaman hias di depan rumah pun seperti tidak terawat.

Warga samping rumah Hari, Sri Wedari, yang juga tak menyangka jika tetangganya itu harus mengakhiri hidupnya dengan tembakan. Dia mengaku melihat Hari terakhir kali pada hari Senin, (14/5). “Senin sore orangnya naik mobil pakai kemeja putih celana hitam,” ujarnya.

Sejak itu dia kemudian tidak melihat Hari, begitupun dengan istrinya dan empat anaknya. Padahal Senin pagi itu, Hari masih terlihat menjemur buku-buku yang dimakan rayap. Sri tidak mengetahui buku apa yang dijemur Hari.

Kata dia, Hari merupakan warga Plaosan Blimbing Kota Malang sebelum akhirnya pindah ke Candirenggo sekitar 25 tahun lalu. Sementara orang tua Hari dan istrinya tinggal di Sidoarjo.

“Di sini dia ngajar ngaji. Kadang yang ngaji dua orang, tiga orang. Iklas kok tidak minta bayaran,” bebernya.

Di samping rumah Hari, rumah hijau yang baru dibangun itu merupaka rumah adik iparnya yang bernama Wawan. Dia itu yang juga ditembak Densus 88 di Sidoarjo saat bersamaan. “Dia yang bangun rumah ini, tapi katanya bukan punya dia,” ungkapnya.
(rm/jpnn/pojoksatu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *