Harta Karun Masih Tersimpan di Perairan Laut Cirebon

CIREBON– Perairan laut di Cirebon ternyata memiliki peninggalan sejarah. Sekitar abad 15 pernah datang beberapa bangsa asing seperti Arab, Persia dan Cina dengan kapal-kapalnya datang ke sini dalam rangka misi dagang.

Kapal-kapal mereka datang ke Cirebon mengarungi lautan lepas serta menantang gemuruh ombak hingga menyebabkan kecelakaan memungkinkan terjadi. Laut Cirebon sejak dulu memiliki batas yang luas, pernah tercatat beberapa kapal tersebut karam.

Bacaan Lainnya

“Dari Cina, salah satunya pernah singgah di sini. Semua bisa dibuktikan dari penemuan harta karun yang beberapa tahun kemarin ada di dalam laut Cirebon, seperti keramik dan guci. Bukankah itu barang bawaan dari kapal-kapal,” ujar Komisi III DPRD Kota Cirebon, Ja’farudin kepada Pojokjabar.com, Sabtu (21/4/2018).

Dari keramik dan guci, pernah dalam beberapa hari kemarin, salah satu nelayan Kota Cirebon kepada Pojokjabar.com mengungkapkan, dirinya saat berlayar mencari ikan menemukan manik-manik dan sebagian benda dari bangkai kapal.

“Lebih tepatnya sekitar satu kilometer dari bibir pantai, saya menemukan besi yang kata orang bangkainya kapal. Manik-manik tersebut jenisnya logam berbahan kuningan,” ungkapnya.

Sementara, sejarawan dan budayawan Kota Cirebon Oppan Safari Hasyim mengungkapkan tidak mengelak bahwa di laut Cirebon masih bersemayam benda harta karun dari peninggalan masa lalu, seperti peninggalan orang-orang Cina dan Arab.

Oppan menjelaskan, sampai saat ini benda-benda bernilai sejarah tersebut masih terjaga meskipun belum banyak yang meneliti dan mengangkat di dalam perairan laut Cirebon.

“Lebih tepatnya, kurang lebih tahun 2012 kemarin ada pemburu harta karun dari negara luar menyelam di laut Cirebon. Kita sebagai masyarakat Kota Cirebon merasa kecolongan,” ungkapnya.

Meskipun begitu, kata Oppan, seharusnya benda-benda sejarah atau harta karun yang ditemukan di laut Cirebon menjadi ilmu pengetahuan, khususnya mengenai sejarah dari aspek maritim maupun laut.

“Ya, itu bisa saja menjadi data baru dari sejarah kita (Cirebon, red). Kalau ada penemuan dari suatu tempat misalnya, ya itu bisa menjadi sebuah pendekatan dalam disiplin ilmu. Kalaupun misalnya ditemukan di laut, ya itu dilihatnya dari aspek laut,” pungkasnya.

(alw/pojokjabar)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *