Hadapi Krisis, Jokowi : Butuh pemikiran Abu Nawas yang Kancil-kancil

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menaikan harga BBM--Tangkapan layar/Instagram @jokowi

JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut saat kondisi geopolitik yang tidak pasti seperti sekarang ini, maka dibutuhkan pemikiran “Abu Nawas” yang cerdik dan lihai untuk hadapi krisis.

“Saya titip ke ekonom, jangan menggunakan pakem-pakem yang ada, jangan menggunakan standar yang ada karena saat ini sangat tidak normal sehingga dibutuhkan pemikiran ‘Abu Nawas’, yang ‘kancil-kancil’,” kata Presiden Joko Widodo di Jakarta, Rabu.

Bacaan Lainnya

Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut dalam “Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 2022” yang dihadiri para Menteri Kabinet Indonesia Maju, CEO CT Coprs Chairul Tanjung, serta para ekonom lainnya.

“Yang ‘kancil-kancil’ itu, tapi memang bekerja saat ini tidak bisa makro saja, tetapi harus ditambah mikro, mikro juga belum dapat ya harus makro, mikro, ya detail, fokus, ketemu nanti, satu per satu (caranya) karena sekali lagi keadaan sangat tidak normal,” tambah Presiden.

Abu Nawas adalah penyair Timur Tengah yang terkenal dengan kelihaiannya mengemas kritik berbungkus humor. Namanya tercantum dalam dongeng 1001 malam.

“Dunia sekarang ini berubah sangat luar biasa, perubahannya sangat luar biasa. Pertama memang diawali pandemi, kita tahu semuanya dan kita beruntung saat itu awal-awal pandemi Indonesia tidak ‘lockdown’,” ungkap Presiden.

Presiden menyebut dirinya tidak bisa memperkirakan kalau pemerintah memutuskan untuk “lockdown” saat awal pandemi. “Ekonomi kita akan seperti apa? Berakibat sosial politik seperti apa? Karena awal-awal (pandemi) hampir mungkin 70 negara semua melakukan ‘lockdown’, di kabinet sendiri 80 persen minta ‘lockdown’, survei rakyat minta 80 persen ‘lockdown’, tapi saat itu saya semedi, saya endapkan betul apa benar harus melakukan itu?” cerita Presiden.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *