KOMFAS Ajak Warga Sukabumi Cek Kembali Arah Kiblat, Begini Caranya

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Komunitas Falakiyah Sukabumi atau KOMFAS akan melakukan kalibrasi ulang arah kiblat pada hari ini, Rabu (27/5/2020). Ini berdasarkan data astronomis bahwa matahari akan melintas tepat di atas Kabah pada hari ini pukul 16.18 WIB.

Nantinya, ketika matahari berada tepat di atas Kabah maka bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus dimanapun itu akan mengarah lurus ke arah Kabah. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Istiwa `Adzom atau Rashdul Qiblat.

Bacaan Lainnya

Yaitu, metode pengamatan bayangan pada saat posisi matahari berada di atas Kabah atau ketika matahari berada di jalur yang menghubungkan antara Kabah dengan suatu tempat. Pada setiap tanggal 27/28 Mei dan tanggal 15/16 Juli, semua bayangan benda yang tegak lurus di permukaan bumi yang terkena sinar matahari akan menunjukkan arah kiblat.

Berdasarkan pada deklinasi matahari yaitu pergerakan matahari ke utara dan selatan bumi yang berubah setiap harinya, waktu rashdul qiblat dapat ditentukan, ketika posisi matahari ketika berada tepat di atas Kabah walaupun posisinya sedikit condong ke sebelah utara atau sebelah selatan Kabah. Peristiwa ini ditandai dengan adanya persamaan lintang Kabah yaitu 210 28’ 3,9” dengan deklinasi matahari.

Kepala Seksi Penyelenggaraan Syariah pada Kementerian Agama (Kemenag) Kota Sukabumi, Syamsul Fuad mengatakan, pihaknya mengajak masyarakat untuk memperbaiki dan mengecek kembali (kalibrasi) arah kiblat masjid, rumah, makam maupun tempat umum lainnya.

“Rashdul Qiblat ini sangat tepat dan simple bagi kita untuk mengecek kembali arah kiblat di tempat kita, pengukurannya cukup menggunakan benda tegak lurus yang disinari oleh cahaya matahari pada sore hari ketika rahsdul kiblat,” ujarnya, Selasa (26/5).

Sementara itu Sekretaris KOMFAS Asep Deni Muttaqin menjelaskan bahwa berdasarkan tinjauan astronomis atau ilmu falak, terdapat beberapa teknik dalam mengkalibrasi arah kiblat yang diantaranya dengan mengunakan bayangan matahari bisa dilakukan dengan 3 cara.

Yang pertama adalah bayangan matahari setiap saat. Arah kiblat dapat dihitung dengan mengunakan alat ukur yaitu Theodolite, Mizwala, Istiwa `ain, Qiblaty Qibla Locator yang sudah dilengkapi dengan aplikasi berdasarkan perhitungan Spherical Trigonometri, Ellipsoid atau Vincenty.

Yang kedua adalah bayangan matahari harian. Dan yang ketiga adalah Bayangan Matahari Tahunan atau lebih dikenal dengan Rashdul Kiblat/Istiwa `Adhom yang terjadi 2 kali yaitu setiap tanggal 27/28 Mei pukul 16.18 WIB dan tanggal 15/16 Juli pukul 16.27 WIB tiap tahunnya.

“KOMFAS dalam 10 bulan terakhir telah melakukan kalibrasi terhadap 310 masjid atau 35% dari 888 masjid yang ada di Kota Sukabumi. Dengan hasil kalibrasi 227 masjid atau 73% mengalami deviasi/melencengan dengan derajat antara 10 – 250, sedangkan sisanya sebanyak 83 masjid atau 27% presisi/akurat. Bila 10 saja melenceng, bila dihitung jarak antara Kota Sukabumi dengan Kabah antara 7.960 – 7.970 KM, maka serongnya mencapai 140 KM dari Ka`bah. Pertimbangan inilah yang menurutnya penting untuk melakukan Kalibrasi Arah Kiblat pada peristiwa tahunan tanggal 27 Mei tersebut,” paparnya.

Deni kembali menjelaskan bahwa teknik untuk menentukan arah kiblat saat Rashdul Kiblat tersebut ada beragam cara. Pertama, tentukan lokasi masjid atau musala atau rumah yang akan dikalibrasi arah kiblatnya.

Kedua, pastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus atau pergunakan lot/bandul yang terkenan bayangan matahari.

Ketiga, permukaan dasar harus benar-benar datar dan rata. Keempat, jam pengukuran disesuaikan dengan BMKG, RRI, atau Telkom, dan tunggu sampai saat Rashdul Kiblat terjadi amatilah bayangan matahari yang terjadi (toleransi +/- 2 menit).

“Jika ketiga tahapan itu sudah dilakukan, maka bayangan benda yang digunakan untuk memverifikasi itu akan mengarah ke Kabah,” ujarnya.

Teknik penentuan arah kiblat menggunakan Rashdul Kiblat sebenarnya sudah dipakai lama sejak ilmu falak berkembang di Timur Tengah. Demikian halnya di Indonesia dan beberapa negara Islam yang lain juga banyak menggunakan teknik ini. Sebab teknik ini memang tidak memerlukan perhitungan yang rumit dan siapapun dapat melakukannya.

“Yang diperlukan hanyalah sebilah tongkat dengan panjang lebih kurang 1 meter dan diletakkan berdiri tegak di tempat yang datar dan mendapat sinar matahari. Pada tanggal dan jam saat terjadinya perRashdul Kiblat Rashdul Kiblat tersebut maka arah bayangan tongkat menunjukkan kiblat,” jelasnya lagi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *