15 Juli saat Tepat Mengecek Arah Kiblat, Warga Sukabumi Harus Tahu

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Menghadap Kiblat merupakan hal yang penting bagi kaum muslimin. Selain sebagai syarat sah Salat, menghadap Kiblat ini pun merupakan hal esensial ketika menyimpan jenazah sebelum dikubur serta saat memakamkannya.

Sekretaris Komunitas Falakiyah Sukabumi (KOMFAS) Asep Deni Muttaqin mengatakan, berdasarkan perhitungan astronomis bahwa matahari akan melintas tepat di atas Ka’bah pada hari Rabu, 15 Juli 2020 paada pukul 16:26:43 WIB. Nantinya, ketika matahari berada tepat di atas Kabah maka bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus dimanapun itu akan mengarah lurus ke arah Kabah. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Istiwa `Adzom atau Rashdul Qiblat.

Bacaan Lainnya

“Yaitu, metode pengamatan bayangan pada saat posisi matahari berada di atas Kabah atau ketika matahari berada di jalur yang menghubungkan antara Kabah dengan suatu tempat. Pada setiap tanggal 27/28 Mei dan tanggal 15/16 Juli, semua bayangan benda yang tegak lurus di permukaan bumi yang terkena sinar matahari akan menunjukkan arah kiblat,” kata Deni kepada Radar Sukabumi, belum lama ini.

Ia menambahkan, berdasarkan pada deklinasi matahari yaitu pergerakan matahari ke utara dan selatan bumi yang berubah setiap harinya, waktu rashdul qiblat dapat ditentukan. Di mana ketika posisi matahari berada tepat di atas Kabah walaupun posisinya sedikit condong ke sebelah utara atau sebelah selatan Kabah. “Peristiwa ini ditandai dengan adanya persamaan lintang Kabah 210 25’ 20” Lintang Utara (LU) dengan deklinasi matahari,” tambahnya.

Dijelaskan Deni, berdasarkan tinjauan astronomis atau ilmu falak, terdapat beberapa teknik dalam mengkalibrasi arah kiblat yang diantaranya dengan mengunakan bayangan matahari bisa dilakukan dengan tiga cara. Pertama, adalah bayangan matahari setiap saat. Arah kiblat dapat dihitung dengan mengunakan alat ukur yaitu Theodolite, Mizwala, Istiwa `ain, Qiblaty Qibla Locator yang sudah dilengkapi dengan aplikasi berdasarkan perhitungan Spherical Trigonometri atau Ellipsoid dengan rumus Vincenty. Yang kedua adalah bayangan matahari harian.

Yaitu ketika posisi matahari di jalur Kiblat (as-Syamsu fi Mada¯ri qiblah) bayangan Matahari akan berimpit dengan arah yang menuju Kiblat untuk suatu lokasi atau tempat. Kejadian seperti ini bagi sebagian daerah bisa terjadi setiap hari. Sehingga posisi Matahari seperti di jalur Kiblat dapat diperhitungkan kapan akan terjadi. Dan yang ketiga adalah Bayangan Matahari Tahunan atau lebih dikenal dengan Rashdul Kiblat/Istiwa `Adhom yang terjadi 2 kali tiap tahunnya.

“KOMFAS dalam 10 bulan terakhir telah melakukan kalibrasi terhadap 310 masjid atau 35 persen dari 888 masjid yang ada di Kota Sukabumi. Dengan hasil kalibrasi 227 masjid atau 73 persen mengalami deviasi/melencengan dengan derajat antara 10 – 250, sedangkan sisanya sebanyak 83 masjid atau 27 persen presisi/akurat. Bila 10 saja melenceng, bila dihitung jarak antara Kota Sukabumi dengan Kabah antara 7.960 – 7.970 KM, maka kemelencengannya mencapai 111 KM dari Ka`bah,” jelas pria berkacamata tersebut.

Menurut dia, teknik untuk menentukan arah kiblat saat Rashdul Kiblat tersebut adalah sebagai berikut ; Pertama, tentukan lokasi masjid atau musala atau rumah yang akan dikalibrasi arah kiblatnya. Kedua, pastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus atau pergunakan lot/bandul yang terkenan bayangan matahari. Ketiga, permukaan dasar harus benar-benar datar dan rata. Keempat, jam pengukuran disesuaikan dengan BMKG, RRI, atau Telkom, dan tunggu sampai saat Rashdul Kiblat terjadi amatilah bayangan matahari yang terjadi (toleransi +/- 2 menit).

“Jika keempat tahapan itu sudah dilakukan, maka bayangan benda yang digunakan untuk memverifikasi itu akan mengarah ke Kabah,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Penyelenggaraan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) Kota Sukabumi, Syamsul Fuad mengatakan, pihaknya mengajak masyarakat untuk memperbaiki dan mengecek kembali (kalibrasi) arah kiblat masjid, rumah, makam maupun tempat umum lainnya sehingga arah kiblatnya presisi (akurat).
“Rashdul Qiblat ini sangat tepat dan simple bagi kita untuk mengecek kembali arah kiblat di tempat kita, pengukurannya cukup menggunakan benda tegak lurus yang disinari oleh cahaya matahari pada sore hari ketika rahsdul kiblat,” ujarnya.

“Penentuan arah kiblat menggunakan teknik seperti ini memang hanya berlaku untuk daerah-daerah yang pada saat peristiwa Rashdul Kiblat dapat melihat secara langsung matahari dan untuk penentuan waktunya menggunakan konversi waktu terhadap Waktu Makkah. Sementara untuk daerah lain di mana saat itu matahari sudah terbenam misalnya wilayah Indonesia bagian Timur praktis tidak dapat menggunakan teknik ini. Sedangkan untuk sebagian wilayah Indonesia bagian Tengah barangkali masih dapat menggunakan teknik ini karena posisi matahari masih mungkin dapat terlihat,” pungkasnya. (why/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *