Gunakanlah Obat Antibiotik dengan Bijak

Antibiotik atau antimikroba telah digunakan selama 70 tahun terakhir untuk mengobati pasien yang memiliki penyakit menular. Meluasnya penggunaan obat antibiotik yang tidak tepat saat ini menjadi ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat global karena menimbulkan berbagai permasalahan seperti pengobatan yang kurang efektif, tingginya biaya pengobatan, terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Kini, resistensi antibiotik di berbagai belahan dunia semakin berkembang.

Menurut Center for Disease Control and Prevention setiap tahun di Amerika Serikat sekitar 2 juta orang terinfeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik dan setidaknya terdapat 23.000 orang meninggal setiap tahun karena infeksi. Data WHO menyebutkan pada tahun 2014 terdapat 480.000 kasus baru orang menderita MDR-TB (Multidrug-Resistant Tuberculocis) Paru di dunia. Perkembangan resistensi di berbagai belahan dunia dapat berdampak kepada kesakitan (morbiditas), kematian (mortalitas) dan juga biaya kesehatan.

Bacaan Lainnya

Apa itu obat antibiotik?

Antibiotik atau antibakteri adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroba (bakteri dan fungi) yang dapat menghambat perkembangbiakan atau mematikan mikroba (kuman) digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri yang merugikan manusia.

Antibiotik bisa bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau bakteriostatik (mencegah berkembang biaknya bakteri) dan termasuk ke dalam penggolongan obat keras, dimana obat keras hanya dapat diperoleh dengan menggunakan resep dokter.

Bagaimana antibiotik bekerja ketika di dalam tubuh?

Cara kerja antibiotik ada 5 macam mekanisme, Pertama menghambat biosintesis dinding sel (menghilangkan kemampuan berkembang biak kuman), kedua mempengaruhi permeabilitas membran sel sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa intraseluler, ketiga mengganggu fungsi ribosom bakteri, keempat fiksasi subunit Ribosom 30 S dan yang kelima mengganggu metabolism asam nukleat.

Kapan obat antibiotik digunakan?

Antibiotik digunakan ketika untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Infeksi terjadi bila bakteri mampu melewati pertahanan mukosa atau kulit dan menembus jaringan tubuh manusia. Pada umumnya tubuh berhasil mengeliminasi bakteri dengan respon imun yang dimiliki, tetapi jika bakteri berkembang biak lebih cepat daripada aktivitas respon imun, maka akan terjadi penyakit infeksi disertai tanda-tanda inflamasi (radang).

Studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat, seperti pada penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Untuk itu penggunaan antibiotik secara rasional dan bijak merupakan kunci pengendalian penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotik, dan keterlibatan seluruh tenaga kesehatan profesional sangat dibutuhkan.

Apa yang dimaksud dengan resistensi antibiotik?

Resistensi antibiotik terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, dan parasit berubah ketika terpapar obat antimikroba (antibiotik, antijamur, antivirus, antimalarial dan antelmintik), dimana bakteri sudah tidak dapat lagi merespon obat yang pada awalnya sensitif menjadi tidak sensitif lagi terhadap obat, sehingga bakteri tidak terbunuh dan tidak dapat dihentikan perkembangbiakannya.

Hal ini berarti obat tidak lagi efektif bekerja, infeksi menjadi lebih sulit dan mustahil untuk dikontrol, risiko penyebaran kepada orang lain juga meningkat, lama tinggal di rumah sakit menjadi panjang, ditambah biaya ekonomi dan sosial mengingat harga obat antibiotika semakin tinggi golongan yang digunakan untuk terapi pengobatan semakin mahal, serta risiko kematian lebih besar dua kali lipat dalam beberapa kasus penyakit infeksi bakteri yang non-resisten.

Resistensi tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diperlambat melalui penggunaan antibiotik yang bijak. Resistensi dapat terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat, misalnya kebiasaan pasien yang tidak patuh meminum obat antibiotik tidak dihabiskan, tidak tepat waktunya, swamedikasi (pengobatan sendiri) meggunakan antibiotik, bosan terlalu lama meminum obat, terutama kepatuhan penderita penyakit TB Paru obat todak boleh sampai terlewat apalagi terputus.

Pencegahan Resistensi Antibiotik

Dapatkan obat hanya di sarana Pelayanan Kefarmasian yang terpercaya dan memiliki izin resmi (Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas). Pembelian obat antibiotik hanya boleh dengan menggunakan RESEP DOKTER dan tidak dijual secara bebas.

Gunakan obat antibiotik sesuai dengan indikasinya yaitu jika sudah jelas terdapat infeksi oleh bakteri didalam tubuh. Bagaimana cara kita untuk dapat mengetahui adanya infeksi atau tidak? Yaitu dengan cek uji laboratorium.

Gunakan obat antibiotik sesuai dengan petunjuk dan aturan pakai dan waktu yang tepat pada etiket obat. Buat jadwal waktu untuk meminum obat agar tidak lupa atau terlewat. Jika aturan pakai yang dianjurkan oleh dokter adalah:

5 kali sehari maka obat diminum setiap 5 jam
4 kali sehari, bagi dengan waktu 24 jam menjadi 6 jam sekali.
Contoh: obat diminum pada jam 7 pagi, 1 siang, 7 sore dan 1 malam
3 kali sehari maka bagil waktu 24 jam menjadi 8 jam sekali.
Contoh: obat diminum pada jam 7 pagi, 3 sore dan 11 malam
2 kali sehari diminum setiap 12 jam sekali.
Contoh: obat diminum pada jam 7 pagi dan 7 malam
1 kali sehari maka minum setiap hari di jam yang sama

Pembagian jadwal aturan minum bisa disesuaikan kembali oleh pasien sesuai dengan kenyamanannya.
Tidak menyimpan bahkan memiliki stok obat antibiotika di rumah.

Penggunaan antibiotika tidak boleh terputus dan HARUS DIHABISKAN.

Penyimpanan obat taruh ditempat sejuk dan kering, terhindar dari cahaya langsung matahari, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak untuk menjaga kualitas obat tetap terjamin.

Jika terdapat alergi setelah meminum antibiotik hentikan pengobatan dan segera konsultasikan kepada dokter agar dapat diberikan terapi pengobatan yang sesuai. Bentuk alergi misalnya timbul kemerahan pada kulit (ruam), terasa panas, gatal, bahkan keluar bintil-bintil merah, terjadi pembengkakan di area tubuh, sesak, dan lain sebagainya.

Jaga pola hidup yang sehat untuk menjaga kualitas sistem pertahanan tubuh, sehingga dapat mencegah timbulnya gangguan atau penyakit yang disebabkan karena infeksi bakteri.

Jika Anda belum paham mengenai obat dan cara penggunaannya maka konsultasikan kepada Apoteker setempat. Yuk hati-hati gunakan obat. Tanya Obat? Tanya Apoteker.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk para pembaca sekalian, Salam semakin sehat untuk kita semua dari kami Keluarga Besar Rumah Sakit Betha Medika Sukabumi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *