Deteksi Awal Sesak Napas pada Anak dengan Pneumonia

Oleh : Dr. Rosalina Helmi Dokter Umum RS Betha Medika

RADARSUKABUMI.com-Pada tahun 2015, World Health Organization (WHO) melaporkan hampir 6 juta anak balita meninggal dunia, 16% dari jumlah tersebut disebabkan oleh pneumonia sebagai pembunuh balita nomor 1 di dunia. Berdasarkan data Badan PBB untuk Anak-Anak (UNICEF), pada 2015 terdapat kurang lebih 14 persen dari 147.000 anak di bawah usia 5 tahun di Indonesia meninggal karena pneumonia. Dari statistik tersebut, dapat diartikan sebanyak 2-3 anak di bawah usia 5 tahun meninggal karena pneumonia setiap jamnya. Hal tersebut menyebabkan pneumonia sebagai penyebab kematian utama bagi anak di bawah usia 5 tahun di Indonesia. Ironis sekali, karena pneumonia merupakan penyakit infeksi yang dapat dihindari. Peringatan hari Pneumonia Dunia dilakukan pada tanggal 12 November setiap tahunnya.

Apa itu pneumonia?
Pneumonia adalah radang akut yang menyerang jaringan paru dan sekitarnya. Pneumonia adalah manifestasi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling berat karena dapat menyebabkan kematian. Penyebab pneumonia adalah berbagai macam virus, bakteri atau jamur. Bakteri penyebab pneumonia yang tersering adalah pneumokokus (Streptococcus pneumonia), HiB (Haemophilus influenza type b) dan stafilokokus (Staphylococcus aureus). Virus penyebab pneumonia sangat banyak, misalnya rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), dan virus influenza. Virus campak (morbili) juga dapat menyebabkan komplikasi berupa pneumonia.

Bagaimana mengenali pneumonia?
Gejala pneumonia didahului dengan demam dan gejala infeksi saluran pernapasan atas akut, misalnya batuk, yang kemudian memburuk menjadi sesak napas (takipneu). Sesak napas merupakan gejala utama pada pneumonia. Sesak napas pada anak ditandai dengan frekuensi napas yang cepat dan adanya retraksi (tarikan dinding dada kedalam) setiap kali anak menarik napas. Selain takipneu dan retraksi, balita yang mengalami perburukan gejala ditandai dengan gelisah, tidak mau makan/minum, kejang atau sianosis (kebiruan pada bibir) bahkan penurunan kesadaran. Mengenali secara dini gejala sesak pada anak penting untuk diketahui orangtua atau pengasuh, agar anak dapat segera dibawa ke fasilitas kesehatan dan mendapat pertolongan secara cepat dan tepat.

Dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI), anak dengan batuk diklasifikasikan sebagai penyakit sangat berat (pneumonia berat) dan pasien harus dirawat-inap, pneumonia yang bisa berobat jalan, dan batuk bukan pneumonia yang cukup diberi nasihat untuk perawatan di rumah. Derajat keparahan dalam diagnosis pneumonia dapat dibagi menjadi pneumonia berat yang harus di rawat inap dan pneumonia ringan yang bisa rawat jalan.

Bagaimana cara menghitung frekuensi napas anak?
Cara menghitung frekuensi napas anak dapat dilakukan dengan meletakkan tangan orangtua atau pengasuh pada dada anak dan menghitung gerak napas anak dalam 1 menit. Napas anak dikatakan cepat apabila frekuensi napas anak lebih atau sama dengan 60 kali permenit pada anak berusia < 2 bulan, lebih atau sama dengan 50 kali permenit pada anak berusia 2 bulan hingga 11 bulan, dan lebih atau sama dengan 40 kali permenit pada anak berusia 1 tahun hingga 5 tahun. Bila napas anak cepat disertai dengan tarikan dinding dada ke dalam, dapat pula disertai dengan gejala kepala seperti mengangguk-angguk ketika bernapas dan/atau kebiruan pada bibir, maka pada anak tersebut terdapat kondisi sesak napas.

Apa yang harus dilakukan bila mendapati anak sesak?
Jika anak sesak napas, segera bawa anak ke fasilitas kesehatan karena apabila terdapat demam dan batuk sebelumnya, pada anak mungkin terdapat pneumonia. Anak dengan pneumonia ditangani dengan pemberian oksigen dan pemberian antibiotik di fasilitas kesehatan. Tanda bahaya lainnya yang merupakan kegawatan pada anak adalah jika terdapat kejang, penurunan kesadaran, anak tampak membiru atau tidak mau minum.
Bagaimana penanggulangan pneumonia?

Untuk menanggulangi pneumonia ada 3 langkah utama yang dicanangkan oleh WHO yaitu proteksi balita, pencegahan pneumonia dan tata laksana pneumonia yang tepat. Proteksi ditujukan untuk menyediakan lingkungan hidup yang sehat bagi balita, nutrisi yang cukup, ASI ekslusif sampai bayi usia 6 bulan dan udara pernapasan yang terbebas dari polusi (asap rokok, asap kendaraan, asap pabrik). Pemberian ASI ekslusif dapat menurunkan kejadian pneumonia pada balita sebesar 20%.

Pencegahan bayi dari sakit karena pneumonia terutama dilakukan dengan memberikan imunisasi lengkap kepada bayi. Imunisasi yang lengkap mencakup beberapa jenis imunisasi yang terkait dengan pneumonia dapat menurunkan kejadian pneumonia sebesar 50%. Mengacu pada laporan John Hopkins Bloomberg School of Public Health 2015: Pneumonia & Diarrhea Progress Report 2015, Indonesia adalah salah satu dari negara dengan kasus pneumonia tertinggi yang belum memasukkan vaksin pneumokokus sebagai vaksin program imunisasi rutin nasional. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah merekomendasikan pemberian imunisasi PCV untuk anak berumur 2 bulan hingga 5 tahun. Sementara itu beberapa negara seperti Bangladesh, India, Kenya, Uganda, dan Zambia telah mengembangkan program rencana hingga skala nasional untuk menggalakkan upaya penanggulangan pneumonia.
Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang mematikan terutama pada anak balita. Mengenali secara dini gejala pneumonia oleh orangtua dan pengasuh dengan melakukan hitung napas anak penting untuk tata laksana yang cepat dan tepat sehingga dapat menghindari kematian karena pneumonia.
Semoga bermanfaat, jangan lupa untuk share artikel ini kepada keluarga dan kerabat dekat ya…
Salam semakin sehat dari kami, keluarga besar RS Betha Medika

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *