Adaptasi Kebiasaan Baru Dengan 3 M

Bismillahirrahmaanirrahim, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Enam Bulan sudah kita berjuang dan hidup berdampingan dengan COVID-19. Terhitung sejak 2 maret 2020 hingga saat ini indonesia telah melaporkan kasus positif kedua terbanyak di Asia Tenggara setelah Filipina.

Kondisi pandemi yang masih berlanjut membuat kita seakan tidak berdaya, gerak langkah kita dibatasi mengingat laporan kasus yang meningkat dan terdapat beberapa wilayah yang memberlakukan kembali PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Bacaan Lainnya

Apakah kita ingin terus hidup dalam pembatasan ? tentunya tidak. Kita ingin belajar, bekerja, bersosialisasi dan produktif kembali.

Maka dari itu kita harus hidup dengan tatanan hidup baru dan berdamai dengan COVID-19, istilah ini disebut New Normal atau sekarang dinarasikan dengan AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru). Maksud dari AKB adalah agar kita bisa belajar, bekerja dan beraktivitas dengan produktif di era pandemi COVID-19.

Hal ini bisa dilakukan jika kita disiplin dan menerapkan protokol kesehatan dengan adaptasi kebiasaan baru. Banyak kehawatiran yang terjadi di dalam masyarakat ketika Adaptasi Kebiasaan Baru ini diberlakukan, terutama bagi orang tua dalam hal akademik sekolah.

Disatu sisi para orang tua merasa khawatir bila mana anak-anak nya yang bertujuan menuntut ilmu takut akhirnya terinfeksi oleh virus tersebut karena tidak tahu apa yang terjadi diluar sana dan bertemu dengan siapa sajakah anaknya selama diluar rumah.

Namun para orang tua juga khawatir akan perkembangan akademik anak nya yang saat ini melakukan sistem belajar secara online.

Begitupun bagi para orang dewasa yang bekerja di beberapa kantor yang mengharuskan mereka bekerja diluar rumah dan berinteraksi dengan banyak orang. Banyak hal yang bisa terjadi diluar rumah, bahkan satu sama lain saling curiga pada orang yang di temuinya.

Alangkah sedihnya ternyata bukan hanya saat anak-anak bersekolah atau orang-orang melakukan pekerjaan dan aktifitas diluar rumah yang harus mengalami perbatasan, bahkan untuk mengunjungi tempat ibadah pun harus terbatasi.

Maka dari itu adapun adaptasi kebiasaan baru yang mudah dilakukan adalah 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.

3 M ini harus dilakukan dan diterapkan dimanapun kita berada, saat kita sedang dikantor, sekolah, rumah, tempat ibadah, tempat – tempat umum seperti pasar, mall dan terminal. Jika kita melakukan 3 M dengan disiplin kita bisa beraktivitas dengan aman, sehat dan produktif.

Dengan penggunaan masker setidaknya udara yang kita hirup bisa tersaring dari beberapa polusi udara, begitupun dari masuknya virus yang menyebar lewat udara mana kala kota bertemu dengan orang-orang yang tentunya tidak bisa begotu saja kita ketahui mengenai kesehatannya.

Mencuci tangan dengan sabun adalah hal yang harusnya memang sudah lama kita terapkan sebagai suatu kebiasaan, karna selain memutus penyebaran virus manfaat mencuci tangan ini bisa menjadi salah satu cara agar kita juga terhindar dari infeksi lain seperti bakteri dan parasit yang bisa menyebar dari kotoran yang menempel di tangan kita. Menjaga jarak bukan berarri suatu ketidak sopanan dalam bersosialisasi, namun salah satu cara baru.

Dalam Adaptasi Kehidupan Baru ini kita juga bisa mulai membuka mata untuk memanfaatkan alat elektronik dan media sosial dengan lebih baik, seperti hal nya dalam bersilaturahmi dengan sanak saudara.

Saat ini kita harus benar-benar sadar bahwa pandemi ini membuat kita mengalami banyak pembatasan dalam berbagai aktifitas.

Namun kita juga harus bisa mulai terbiasa melakukan adaptasi kebiasaan baru dengan protokol yang ada. Tidak perlu mengkhawatirkan orang lain, tapi mulailah dari diri sendiri untuk lebih patuh menaati protokol tersebut.

Ingat kita masih hidup berdampingan dengan COVID-19, sehingga kita tidak boleh lengah. Kuncinya adalah disiplin dalam menerapkan AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru) yaitu 3 M.

Saatnya kita menjadi pelopor ikut membantu pemerintah dan tenaga kesehatan dalam menangani pandemi COVID-19. Salam sehat untuk semua masyarakat indonesia. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *