Petani Sawi di Sukaraja Merana

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Para petani sawi di wilayah perkebunan ex HGU PTPN, Desa Langensari, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi menjerit. Pasalnya, harga jual jenis komoditi sayuran tersebut, terjun bebas.

Ketua Forum Komunikasi Kelompok Tani (FKKT) Sukabumi Utara, Dedi Suryadi mengatakan, sudah satu pekan ini, harga sayuran sawi di para petani mengalami anjlok.

Bacaan Lainnya

“Sekarang harga sawi yang di jual petani kepada tengkulak Rp200 sampai Rp300 per kilogramnya. Padahal sebelumnya harga sayuran itu, mencapai Rp2.000 ribu per kilogramnya,” kata Dedi kepada Radar Sukabumi, Rabu (12/8).

Menurutnya, anjloknya harga tanaman sayur sawi hingga terjun bebas itu, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya, karena banyaknya pasokan sawi dari berbagai daerah yang saat ini tengah memasuki panen raya.

“Sehingga pasokan sawi tersebut melimpah. Iya, dampaknya harga sawi menurun sampai Rp200 per kilogramnya,” ujarnya.

Akibat menurunnya harga sawi ini, sambung Dedi, hampir semua petani di wilayah perkebunan ex HGU PTPN, Desa Langensari, Kecamatan Sukaraja, telah mencabut kembali atau membabad tanaman sawi yang tengah memasuki panen raya itu.

“Kalau misalkan di jual, harga upah petiknya juga mahal dan tidak sebanding dengan harga jualnya. Makanya, petani telah mencabut tanaman itu untuk di tanami dengan sayuran jenis lainnya. Iya, jangankan mengambil keuntungan, untuk mengembalikan modal saja, tidak bisa, karena harganya sangat menurun drastis,” ujarnya.

Ketika disinggung mengenai jumlah kerugian akibat menurunnya harga sawi tersebut, dirinya menjawab para petani di wilayah perkebunan ex HGU PTPN, Desa Langensari, Kecamatan Sukaraja, telah merugi sampai ratusan juta.

“Kerugian akibat menurunnya harga sawi ini, sekitar Rp200 sampai Rp300 juta dari total lahan yang ditanami sawi seluas 20 hektare lebih. Seharusnya pemerintah mengambil peran untuk menstabilkan harga sawi yang saat ini kondisinya memprihatinkan dan mencari solusi yang baik untuk pasar yang ideal. Jangan seperti ini terkesan tutup mata,” pungkasnya. (Den/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *