Menyoal Kelangkaan Petani

Sejak empat tahun terakhir ini Kota Sukabumi mengalami penurunan luas lahan pertanian akibat alih fungsi menjadi kawasan pemukiman penduduk, industri atau juga digunakan menjadi infrastruktur jalan. Belum tuntas masalah tersebut diatasi, kini Pemerintah Daerah Kota Sukabumi harus dihadapkan pada persoalan baru yakni kelangkaan petani.

Tony Kamajaya, SUKABUMI

Bacaan Lainnya

Pertanian dan petani adalah pekerjaan yang indentik dengan lumpur kotor, pendapatan yang minim dan tidak berpendidikan. Tidak jarang pula, sebagian orang berusaha menghindar bila disebut petani, mungkin merasa rendah diri dengan profesi tersebut. Hal ini memang menjadi realitas yang terjadi ditengah masyarakat, meski sebenarnya pola pikir tersebut merupakan budaya yang salah.

Tidak heran jika saat ini beberapa daerah mengalami kelangkaan petani. Salah satunya seperti yang dialami Kota Sukabumi. Berdasarkan data dihimpun hingga Oktober 2017 silam jumlah petani saat ini tercatat sebanyak 4.340 orang.

“Kalau dibandingkan luas lahan pertanian dengan jumlah petani saat ini, tentu tidak ideal. Sebab jika diperhitungkan, maka satu orang petani hanya menggarap lahan pertanian seluas kurang lebih 0.3 hektar,” ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi Kardina Karsoedi.

Diakuinya, regenerasi petani saat ini sangat minim. Dapat dikatakan tidak ada kaum muda yang berprofesi sebagai petani. Bahkan dari data pihaknya, mayoritas petani berada di atas usia 50 tahun. Minimnya jumlah petani di Kota Sukabumi karena profesi seperti ini tidak lagi diminati generasi penerus bangsa. Apalagi hanya kurang dari 10 persen petani kota kecil ini yang memiliki lahan pertanian sendiri dari total luas 1.486 hektare.

Terlebih lagi Kota Sukabumi merupakan daerah yang memiliki visi misi untuk menjadi pusat layanan pada sektor jasa dan perdagangan. Hal tersebut juga mempengaruhi terhadap kebiasaan warganya dalam mencari pekerjaan. Akibatnya sektor pertanian kurang dilirik bahkan tidak diminati.

Untuk mengatasi permasalahan itu, pemerintah daerah punya strategi jitu, yakni melalui program sekolah bagi anak usia dini agar senang bertani melalui berbagai kegiatan di sekolah masing-masing.

Untuk mendukung langkah tersebut Pemda Kota Sukabumi telah mempunyai beberapa kawasan agro edukasi wisata seperti di wilayah Cikundul, Kecamatan Lembursitu. Para pelajar bisa dikenalkan langsung dengan turun ke sawah, cara menanam padi dan lainnya.

“Kami sudah berkoodinasi dengan pihak sekolah dari berbagai tingkatkan, agar anak atau pelajarnya secara rutin dikenalkan bagaimana cara bertani atau bercocok tanam,” kata Kardina. Ini bertujuan untuk menggugah mereka agar senang bercocok tanam.

Dengan ilmu atau pengalaman yang dimilikinya itu tidak menutup kemungkinan setelah besar nanti mereka bisa menjadi petani yang tentunya dengan menggunakan teknologi tepat guna.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *